"Loh, kamu ngapain, Git?" tanya Calista melangkah masuk seraya membawa dua gelas air putih.
"Tadi aku cek suara gitu, ternyata bunyinya dari notif hape kamu, aku pikir suara apa," jawab Gita.
Calista terkekeh. "Aneh ya? Itu suara aku sendiri soalnya."
Anggita tertawa. "Engga kok, bagus baguss, cuma tadi aku gak paham bahasanya, makanya aku cari tau sumber suaranya."
"Itu cuma info ada pesan masuk, eh, siapa yang nge-chat aku, Git?" Calista tersadar dan segera meraih ponselnya di atas meja belajar.
"Sakha, Ta," ujar Anggita yang tadi melihat chat tersebut dari layar kunci.
"Oh, dia ngirim foto," ucap Calista pelan seraya tertawa kecil.
Anggita yang bingung dan tak berniat mengganggu langsung berjalan mengambil satu gelas air putih di atas nakas. Rasa hausnya langsung hilang dengan hanya meneguk setengah dari air di gelas. Anggita menoleh pada sepupunya yang masih asik membalas chat. Gita hanya menggeleng melihat Calista yang sangat antusias menjawab chat dari lelaki yang sedang dekat dengannya dan ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
Calista datang mendekat, meneguk air putih. Ia telah selesai dengan sesi membalas chatnya itu.
"Foto apa yang dikirim? Kok banyak banget," Gita bersuara.
"Fotoku yang Sakha fotoin tadi pake hapenya."
"Cieee," goda Gita. "Kalian emang ke mana tadi?"
"Ke danau."
"Coba aku lihat hasil dia fotoin kamu," pinta Gita.
Calista kembali meraih ponselnya di atas meja belajar lalu duduk di atas kasur, mengisi ruang kosong disamping Anggita. Tangannya dengan lihai bergerak diatas layar, dan mulai memperlihatkan foto-foto berlatarkan hamparan danau yang indah pada Anggita. Semua foto itu terlihat cantik dengan pemandangan dibelakangnya, Anggita saja sampai mengakui semua itu foto yang indah.
"Pengen ke sini juga jadinya," lirih Gita.
"Ntar, aku tanya Sakha lokasi pastinya, biar aku sama kamu bisa ke sana."
"Gausah Ta, pasti Sakha itu pelit tempat, dia kaya sensi banget sama aku. Kamu aja sering kan dia bawa pergi pas lagi sama aku, alhasil aku jadi sendirian," keluh Gita.
Calista tertawa kencang mendengar respon Anggita. Bisa-bisanya dia bilang Sakha itu pelit, pelit tempat lagi. "Engga ah, Git, masa sih Sakha pelit?"
"Iya, tu cowo kayanya mau semua tempat indah cuma dia yang tau," cibir Gita.
Lagi-lagi Calista dibuat tertawa. "Heh, udah, ntar kupingnya panas loh kita bahas gini."
"Emang kamu dah ngerjain pr, Git?"
Anggita yang tadinya kembali membuka ponsel, langsung menganga mematikan ponsel. "Belum."
"Hayoo, besok tugasnya Miss tauu." Calista mencoba menakuti.
"Aku ke kamar dulu, Ta," tutur Gita seraya lompat dari kasur. "Kalau aku gak balik berarti aku kecapean, terus ketiduran ya, babay."
Pintu tertutup. Calista masih sibuk menertawakan kalimat terakhir yang Anggita ucapkan. Setelah itu, ia beranjak bangun membereskan meja belajar, dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, gosok gigi, buang air kecil, lalu kembali lagi ke kamar untuk skincare.
Menghabiskan malam yang tenang pun Calista segerakan, dengan sudah menyelesaikan semuanya, dan menjauhkan ponsel darinya. Calista perlahan terlelap dengan lampu remang yang kini menerangi kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...