2 minggu berlalu..
Semua persiapan sudah dilakukan, panggung pensi begitu cantik tertata. Semua siswa-siswi yang tidak mengisi acara pensi, duduk di bangku-bangku kosong yang tersedia. Kini penampilan selanjutnya dari Sakha and Geng. Gemuruh tepuk tangan terdengar saat mereka menaiki panggung, banyak dari mereka tak menyangka Sakha akan berdiri di atas panggung dan menyanyikan sebuah lagu.
Alunan musik yang dimainkan oleh Jervi dan Aslan langsung membuat senyap penonton. Saat Sakha mulai bernyanyi, para siswi berteriak heboh, karena lagu yang dibawakan memang cukup keramat. Lagu beautiful white ini dipilih Sakha sebagai ungkapan perasaannya pada seseorang.
Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak3 lirik pertama yang Calista dengar, langsung memusatkan seluruh atensinya pada Sakha yang sedang bernyanyi di atas panggung. Saat dilirik So as long as I live I love you,
Will have and hold you, Sakha mulai bernyanyi dengan memandangnya.Calista yang sangat paham dengan arti lagu itu jadi terdiam karena Sakha menyanyikan ini seraya melihatnya. Semua waktu yang Sakha punya kemarin, ia luangkan agar bisa berlatih menyanyikan lagu Inggris untuk gadis yang kini sedang ia tatap. Mata yang indah dan ulasan senyum itu kini sedang menatap balik dirinya.
You look so beautiful in white, that day. Sakha tersenyum seraya mengingat awal pertemuannya dengan gadis yang memakai dress putih selutut. Beberapa lirik ia ganti, menyesuaikan dengan jalan kisah cintanya.
Suara tepuk tangan penonton mengakhiri penampilan dari Sakha dan teman-temannya. Beberapa siswi terkesima oleh suara Sakha yang ternyata terdengar merdu. Meski dia tak pernah belajar bahasa Inggris, pelafalan yang ia ucapkan sangat jelas. Mereka serentak membungkukkan badan mengucapkan terima kasih dan turun dari panggung.
"Eh, kumaha? Penampilan kita tadi cool, kan?" tanya Jervi pada dua gadis yang berdiri disisi panggung.
"Karek turun tina panggung, geus loba tanya aja sia!" timpal Aslan. (Baru juga turun dari panggung, sudah banyak tanya aja lo)
"Ya, gapapa. Sewot amat! Gue kan mau tau penampilan gue di mata para gadis."
Sakha memejamkan mata, tak mau lagi lanjut mendengarkan perdebatan Jervi dan Aslan yang memang sering terjadi. Sakha membuka mata dan memfokuskan pikirannya pada gadis disamping Laufa yang terlihat sedang diam memikirkan jawaban untuk Jervi. Sakha sebenarnya ingin tahu apa Calista tadi sempat memikirkan tentangnya? Siapa gadis di balik lagu yang Sakha nyanyikan? Juga berpikir ketampanan Sakha yang bertambah saat manggung? Apa itu ada lewat dibenaknya?
"Wih.. Daks! Keren lo pada" Utara dan Gleo baru saja datang dari bangku penonton. Mengalihkan perhatian Aslan yang masih ingin membalas omongan Jervi, tapi ia segera mengurungkan niat dan beralih menjawab ucapan Gleo.
"Yoi, bakat musisi emang nih, bro," sahut Aslan.
"Hasil jerih payah selama sebulan penuh, nih, Tara!" tambah Elzar.
"Beh, siap siap," balas Utara dengan kekehan kecilnya.
"Cicing-cicing!" Pinta Jervi. (Diam-diam)
"Kunaon, Jer?" Gleo sempat-sempatnya meladeni Jervi.
"Gue butuh pendapat dua cewe yang berdiri di dekat kita ini, tentang penampilan kami berempat tadi? Harus jujur ya jawabnya, jangan menilai sesuai kebencian."
"NAON! Maneh lagi bicarakan Aing?" tukas Laufa yang merasa tersindir. (APA! Kamu lagi bicarain aku?)
"Henteu, henteu. Tapi kalau maneh ngarasa kitu, berarti emang maneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...