"Are you really my little friend?" tanya Calista sekaligus membuka pembicaraan mereka berdua. Calista lupa, lagi-lagi dia berbicara dengan Bahasa Inggris di kota kelahirannya.
"Maksud aku, apa kamu benar teman kecilku?"
"Gatau," jawab Sakha yang masih fokus dengan ponsel di tangannya.
"Kalau kita teman kecil, harusnya kamu tau." Calista rasanya ingin meninggikan suara, tapi Sakha sudah keras jangan sampai dia ikut keras.
"Tanya sendiri sama diri lo, jangan tanya gue," balasnya.
Calista benar-benar tak habis pikir dengan sikap Sakha, kalo emang mereka pernah berteman kenapa Sakha bersikap seperti ini?
2 jam berlalu, Rumah Sakha kembali terasa sunyi, Calista dan keluarganya baru saja pergi. Renca mengetuk pintu kamar dan masuk melihat anaknya Sakha yang sedang merebahkan tubuhnya di kasur.
"Calista cantik ya sekarang?" ujar Mama berusaha menarik Sakha dalam pembicaraannya.
"Engga, biasa aja."
"Oh biasa, ya." Renca menahan senyumnya dan kembali menggoda anak satu-satunya itu. "Calista kan baru aja pindah kesini, Mama saranin sekolah-nya Ezra aja kali ya ke Dini, soalnya Calista juga sudah akrab sama Ezra, menurut kamu gimana?"
"Mama yakin mau taruh dia di sekolah itu? Sekarang kan di sana lagi maraknya bullying apa lagi buat anak baru kaya dia," jawab Sakha.
"Loh iya? Terus Mama saranin dia sekolah dimana, di sekolah kamu? Tapi kan sekolah kamu banyak anak nakalnya," tutur Mama langsung mendapat tatapan tajam dari Sakha.
"Mama jangan sembarangan, di SMA Gardie Nala cuma Sakha yang paling nakal. Lagipula Sakha gak bakal ngapa-ngapain dia, gak ada gunanya juga," jelas Sakha.
Renca sangat senang dengan jawaban anaknya, dia benar-benar masuk dalam percakapan Renca tentang Calista. Renca akan menyarankan anaknya Dini untuk bersekolah di SMA Gardie Nala, satu sekolah dengan Sakha.
🌹
Keesokan harinya.
Langkah Sakha dan teman-temannya terhenti di lapangan saat melihat banyaknya siswa-siswi yang berdiam di sepanjang koridor. Mereka segera mendekat mencari tahu apa yang sedang terjadi. Riuh pertanyaan yang beragam terdengar di telinga Sakha, pertanyaan untuk seorang gadis yang sedang berjalan bersama Laufa, wakil ketua OSIS periode 2022/2023.
"Eh, murid baruna geulis pisan"
"Dia murid baruna? Naha siga orang luar negeri kitu?"
"Geulis kitu, auto aing gebet si"
"Saha ngarana?" (Siapa namanya?)
"Babaturan anyarna, eta, Laufa? Jadi hese deukeut jeung barudak anyar." (Teman barunya, si, Laufa? Jadi susah dekat sama anak baru)
"Semoga aing sekelas jeung anjeunna."
"Ih, geulis pisan!"
"Bener yang mereka bilang, tu cewe geulis pisan, kaya orang blasteran," celetuk Jervi—salah satu anggota geng Razvider—yang di ketuai oleh Sakha.
"Iya Jer, gue jamin dalam waktu dekat ini dia jadi primadona sekolah," tambah Aslan.
"Iya, gue aja suka lihat senyumnya," jujur Utara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Fiksi RemajaTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...