|32| - Berduka

119 7 0
                                    

Derap langkah Sakha sangat memburu, lelaki itu berlari tanpa memperhatikan lagi sekelilingnya. Yang kini ada di kepalanya hanyalah Calista. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Tangisannya yang Sakha dengar beberapa menit lalu dari sambungan ponsel begitu menggambarkan kesedihannya.

Sakha menghentikan langkahnya perlahan saat sampai di koridor depan ruangan. Ia melihat gadis yang duduk bersimpuh di lantai dengan bersandarkan pada dinding. Sakha mendekat perlahan dan merengkuh hangat tubuhnya. Laufa yang melihat kehadiran Sakha sedikit merasa lega, Laufa bangun mengelus pundak Calista lalu beranjak meninggalkan mereka dan memilih menemani Dini dan Liane. Dini dan Liane sama hancurnya seperti Calista. Mereka bahkan sama sekali tidak tau bahwa Dimas sebelumnya dinyatakan kritis. Kini Dimas sudah melepas rasa sakit dan ikut melepas juga senyuman pada wajah mereka.

Cahaya di ruangan yang penuh dengan duka, menjadi penjelas betapa menyakitkannya kabar itu. Setetes air mata jatuh ke pipi Sakha. Seorang ketua saja tidak mampu menahan tangisnya saat mendengar suara tangis Calista. Sakha merasakan rasa sakit gadis itu. Sakha ingin Calista berhenti menangis. Tapi dia tak bisa bertindak apapun, karena menangis sudah masuk dari garis kejadian yang pasti.

🥀

Seluruh Razvider berduka. Mereka mengunjungi pemakaman ayah Calista hari ini, tepat setelah shalat Dzuhur almarhum akan dimakamkan. Tak hanya geng Razvider, Albara, Sangga, juga Deran beserta beberapa anggota osim turut hadir menambah keramaian di pemakaman hari ini.

Sepasang pakaian hitam dominan menghiasi sekeliling pemakaman. Banyak sekali orang yang datang karena betapa baiknya ayah Calista. Langkah anak-anak Razvider begitu pelan mendekati pemakaman. Mereka tidak ingin mengganggu semua orang dengan kedatangan mereka yang begitu banyak. Mereka semua tertegun melihat bagaimana ketua mereka memberikan bahunya untuk Calista bersandar. Sakha makin merangkul Calista erat, saat tanah mulai benar-benar mengubur ayahnya.

Elzar bahkan tak sanggup melihat kondisi Dini yang begitu rapuh saat para warga melemparkan tanah ke dalam liang kubur. Dini bahkan harus ditopang oleh Anggita dan kakak perempuannya. Melihat Dini, Elzar jadi teringat bagaimana sebuah mobil melaju kencang ke arah dia dan orangtuanya yang sedang mengemudi untuk berlibur beberapa tahun lalu. Elzar jadi kembali merasakan sedihnya kehilangan.

"Papaa!" teriak Calista dengan isakan tangis yang sejak tadi ia tahan.

"Papa Sakha, papa.." ucap Calista seraya menunjuk kuburan itu.

"Ta, lo kuat ta. Lo bisa lewatin ini." Hanya itu yang bisa Sakha ucapkan. Semua orang mulai menangis saat kuburan itu sudah tertutup sempurna. Doa pun mulai dipanjatkan kepada yang maha kuasa.

Silih berganti semua kini beranjak pergi, warga-warga yang mengantar ke tempat peristirahatan terakhir, kini kembali pulang. Keluarga dari Dini juga dari almarhum beserta kedua orang tua Sakha berusaha menguatkan Dini. Calista bahkan jatuh terduduk di samping makam ayahnya bersama dengan adiknya, Liane.

Sakha membiarkan Calista menangis memeluk makam ayahnya. Sakha terus menatap gadis itu dan kemudian menoleh saat bahunya baru saja ditepuk seseorang. "Semoga Calista tabah lewatin ini semua ya, Sak. Lo harus selalu ada di sisinya, gue rasa cuma lo satu-satunya laki-laki yang bisa bikin dia ceria lagi," tutur Elzar.

Sakha kembali menghadap ke depan, menatap gadis yang separuh cintanya mungkin telah hilang. Tapi Sakha janji, semua masalah ini akan ia usut sampai tuntas. Bagaimana pun, Sakha tidak akan membiarkan orang yang dengan entengnya melakukan ini semua bernafas dengan lega.

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang