Dari tadi Calista asik berbicara dengan seorang lelaki di video call. Laufa mengira lelaki yang bernama Ezra itu adalah pacar Calista. Karena Laufa baru saja mendengar Ezra menanyakan keadaannya, bagaimana hari ini berjalan juga makanan apa yang Calista makan. Semua hal yang terasa tidak penting bagi sebagian orang, malah Ezra tanyakan.
17 menit berlalu, Calista terpaksa menyudahi pembicaraan karena Ezra sudah harus masuk ke kelas. Dia meletakkan handphone di samping makanannya, dan perlahan melirik ke Laufa. Calista langsung mendapat senyuman mematikan darinya.
"Aing pikir kamu belum punya kabogoh, Ta. Ternyata udah aya," tutur Laufa.
"Ezra maksud kamu? Dia tuh bu-"
"Punten," perhatian kedua gadis yang tengah berbincang langsung teralih dengan kedatangan Kak Sangga.
"Masih dahar, nya?"
"Henteu, A'. kami geus selesai dahar. Aya perlu naon, nya A'?" jawab Laufa. (Tidak, kak. Kami sudah selesai makan. Ada perlu apa, ya kak?)
"Hayang ngobrol sakedap jeung Calista, Lau." Laufa mengangguk dan menarik perlahan baju Calista untuk mendekat. "Kamu masih ingat muka kakak, gak?" tanya Sangga. Calista mencoba mengindentifikasi wajah Sangga.
"Lupa ya? Kakak yang hari itu ngantar kamu ke ruang kepala sekolah."
"Oh iya! Calista baru ingat kak." Karena kemarin awal masuk ia sangat terburu-buru, wajah Sangga pun hampir tak terkenali.
Sangga tersenyum dan merogoh kantong sakunya. Ia keluarkan pulpen dari saku dan memberikannya pada Calista. Pulpen itu jatuh di dekat kaki Sangga saat Calista buru-buru menutup resleting tas untuk bersegera masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Dia bahkan tak menyadari salah satu pulpen kesukaannya terjatuh, ia sangat ber-terima kasih pada Sangga.
"Mohon perhatiannya sebentar, semua siswa-siswi harap berkumpul di lapangan segera."
Pengumuman itu berasal dari pengeras suara yang terpasang disudut kantin. Mereka segera berkumpul di salah satu lapangan untuk pemberitahuan informasi pentas seni yang akan digelar setelah penerimaan anggota OSIS selesai. Setiap masing-masing kelas wajib menampilkan 1 pentas seni nantinya, dan itu harus ditentukan dari sekarang. Siapa? Dan apa yang dipentaskan?
🌹
Secara tak sengaja Sakha mendengar perbincangan Calista dan Laufa di kelas. Berbicara tentang kak Sangga yang akan menampilkan sebuah lagu di pentas seni nanti. Sangga dikenal di sekolah karena suaranya yang merdu juga sebagai ketua club' musik. Calista bahkan memuji ketampanannya seperti yang Laufa harapkan, karena Sangga adalah orang yang dikagumi diam-diam oleh Laufa.
Tak berselang lama, wali kelas datang untuk mendiskusikan apa yang akan mereka pentaskan. Ibu Dewi bertanya namun tak ada satupun yang ingin tampil, terakhir kali pensi kelas mereka menampilkan suatu tarian yang terdiri dari 7 orang.
"Ta, maneh teu hayang tampil kitu? Eh, maksudnya kamu gak ada niatan mau tampil kah?" Laufa membenarkan ucapannya agar lebih mudah dipahami.
"Tampil apa? Bukannya gak bisa?"
"Kok, teu bisa?"
"Aku kan nyalonin diri jadi anggota osis, berarti aku sama kayak kamu yang harus ada menyusun acara"
"Oh iya! teu ingeut, lupa lupa," Laufa menepok jidatnya dengan kekehan pelan.
Di tengah keheningan, tak ada satupun yang mengangkat tangan. Namun Sakha malah mengangkat tangan setelah detik ketiga berlalu. "Saya sama teman-teman Bu," ungkapnya spontan disahuti HAH' oleh ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...