"Naon masalahna nepi ka bingung kitu, kumaha abdi tiasa nulungan?" tanya seseorang pada Calista yang memang sedang kebingungan. Tentang bagaimana ia harus membayar 2 bungkus siomay sedangkan ia pergi ke sekolah lupa membawa uang saku. (Apa masalahnya sampai bingung gitu, ada yang bisa saya bantu?)
Calista menerka-nerka arti kalimat yang baru saja diucapkan padanya. Sudah banyak bahasa Sunda yang diajarkan Laufa pada Calista membuatnya sedikit mengerti maksud dari lelaki di depannya.
"Ada masalah sedikit, aku kelupaan ambil uang yang ku taruh di tas."
"Oh ... Aing bayarkan heula, nya." ucapnya diangguki Calista.
"Nih, Mang. 5 ribu angsulannya buat amang aja." Lelaki itu memberikan 2 bungkus siomay pada Calista.
"Terimakasih banyak ya, kalau boleh tau nama kamu siapa?"
"Albara girta, panggil aja Bara. Aing siswa kelas 11 ips 2."
"Oh, kita seangkatan. Aku kira kamu kakak kelas tadi, sekali lagi terima kasih banyak ya Bara."
Calista berjalan kembali menuju ruang osis dengan 2 bungkus siomay di tangannya. Satu akan ia berikan pada Laufa yang kelaparan tapi tidak bisa ikut beli karena sedang sakit perut datang bulan. Para OSIS diperbolehkan makan lebih dulu sebelum istirahat, karena waktu 15 menit sebelum istirahat akan mereka gunakan untuk rajia. Tepat 15 menit sebelum istirahat, Anggota osis bersiap merajia siswa-siswi atas suruhan guru-guru karena semenjak pensi di adakan para siswa-siswi membawa barang-barang yang seharusnya tidak mereka bawa. Maka dari itu Rajia ini harus segera dilakukan.
Para siswi perempuan berlarian masuk ke dalam kelas, mereka merogoh tas dengan terburu-buru dan berusaha menyembunyikan barang-barang mereka ke tempat yang sekiranya aman. Jervi segera bangkit dari duduk, bertanya apa yang sedang terjadi. Setelah mengetahui ada rajia dadakan, Jervi dengan sigap ingin menyembunyikan kartu remi yang hari ini ia bawa.
"Weh, bantu gue simpan ini." teriak Jervi memperlihatkan kartu Remi di tangannya.
"GELO! Kenapa lo bawa itu, Jer?" tukas Elzar terkejut.
"Ini si eta yang nyuruh bawa, lain ide aing!" tunjuk Jervi pada Aslan.
"Hampura, mana aing tau bakal aya rajia," balas Aslan.
Mata Elzar menangkap kedatangan beberapa anggota osis di depan pintu kelas mereka. "Woi, buru sembunyiin!" Dengan cepat Jervi melempar kartu Remi itu ke jendela yang langsung jatuh ke tembok pembatas sekolah. Dia melempar kartu itu ke belakang kelas melalui jendela dan seharusnya kartu itu aman sekarang.
Calista dan 2 teman perempuannya berjalan memeriksa satu persatu tas dan tubuh siswi yang kemungkinan menyeludupkan sesuatu. 2 orang lelaki yang berdiri di depan akan membantu memeriksa tubuh siswa laki-laki setelah pemeriksaan tas mereka selesai.
Calista sampai pada meja lelaki yang terus menatapnya sedari tadi, Calista meminta izin untuk membuka tasnya.
Mata Calista terbelalak, melihat isi tas Sakha yang hanya ada satu buku di dalamnya. Calista beralih membuka resleting tasnya yang lain, tangannya menggapai benda yang ternyata sebuah anting jepit titanium sejenis tindik dan alat elektronik konsol video game. Calista beralih menatap pemilik tas, perlahan tangannya menarik keluar dua benda tersebut.
"Maaf, Kha. Kamu sudah bawa ini ke sekolah, jadi ini harus disita."
Keempat teman Sakha terkejut melihat barang yang Calista genggam. Jervi ingat sekali permainan konsol game milik sakha itu seharga 7 juta. Sekarang benda mahal itu malah jatuh ke tangan osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Fiksi RemajaTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...