|28| - Langit kalah cerah

89 9 0
                                    

Bunyi detak jam tiap detik makin menambah kecanggungan yang terjadi. Calista duduk diatas brankar pasien sembari mengunyah-nguyah bubur di dalam mulutnya. Calista menatap kedua lelaki yang ada di dalam ruangannya dengan heran. Hanya kedua mata tajam mereka yang saling tatap. Calista menghembuskan nafas pasrah melihat Sakha dan Bara yang masih mempermasalahkan tentang siapa yang seharusnya menyuapinya makan. Terlebih saat Sakha merebut paksa mangkok bubur dari tangan Bara, membuat Bara mengalah dan duduk di sofa. Sakha mengambil alih tugas menyuapi Calista. Tiap suapan, Sakha pasti melirik Bara untuk sekedar memberi senyuman yang mengejek.

Tingkah Sakha itu diketahui oleh Calista. "Kha, gak boleh gitu. Kamu tadi ngerebut posisi Bara dengan kasar loh di sini. Kok malah senyum ngejek gitu?"

"Gak ngejek," jawab Sakha.

"Aku lihat senyum kamu, Kha. Jangan gitu ah sama teman."

"Tapi dia bukan teman gue, Ta."

"Ssttt! Ada aja kata kamu buat jawab, Kha." Calista menggeleng pelan. "Bar, aku minta maaf ya kalau kamu gak nyaman."

"Gapapa, Ta, bukan salah maneh mah ini. Aya yang salah, tapi gak sadar diri."

"Dih, sialan," terdengar suara kesal dari Sakha. Kata itu reflek terucap.

"Sia yang sialan!" balas Bara yang entah kenapa tidak bisa menahan kekesalannya. Calista terkejut mendengarnya, Bara ternyata tak se-sabar yang Calista pikirkan.

"Duh.. kalian berdua malah saling ngatain, mending kalian pulang aja deh kalau kaya gitu."

"Eh, Ta, sorry. Gue minta maaf." Bara terlihat khawatir karena telah kelepasan berkata kasar. Tapi Sakha, menganggap itu rasa takut akan kegagalan misinya, ada hal yang mencurigakan dari Bara yang terekam di mata Sakha.

"Gapapa Bar. Tapi kalian pulang ya, aku mau istirahat."

"Tuh, pulang sana lo!" celetuk Sakha.

"Kamu juga pulang, Kha," lanjut Calista dengan santai.

"Ta, gue gak bakal ganggu lo di sini. Biar dia aja yang pulang."

"Enggak, kamu juga, Kha. Siniin mangkoknya."

Sakha enggan memberikan mangkok di tangannya. Albara mendekat menyenggol pelan bahu Sakha yang menghalangi jalannya. Albara pamit pulang dan dengan lancang tangannya bergerak naik mengelus kepala Calista.

"Eh, apa-apaan lo?" Sakha menepis kuat lengan Bara. Albara sampai meringis dengan keterkejutan yang Sakha berikan.

"Gausah pegang-pegang sialan. Lo punya niat buruk, kan?" Sakha mencoba mencengkram kerah baju Bara.

Calista dengan cepat menahan tindakan Sakha. "Kha, jangan kasar."

Sakha berusaha tenang. Calista segera mengisyaratkan pada Albara untuk pergi dengan anggukan dan senyum manisnya itu.

"Gausah senyum, Ta," ucap Sakha.

Calista menoleh mendapati Sakha telah menatapnya dengan datar. "Kamu kenapa sih, Kha?"

"Tinggal suruh pulang, gausah di senyum-senyumin gitu."

"Aku senyum karena menghargai Bara, Sakha. Bukan untuk yang lain."

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang