Suasana berkabung menyelimuti seluruh anggota Razvider yang telah mengetahui yang sebenarnya. Isal nyatanya dipaksa melakukan teror, karena jika tidak adiknya akan di siksa oleh Anggita dengan menyebarkan video tidak pantas di media sosial. Video itu Anggita sendiri yang merekam seakan-akan adik Isal melakukan sesuatu yang salah. Tentu, Isal akan berupaya yang terbaik untuk dapat menutupi aib adiknya yang dijebak oleh Anggita.
Pemilihan Isal menjadi kaki tangan Anggita tak semata-mata acak begitu saja. Anggita memang memiliki dendam pada Isal. Semua bermula dari Isal yang mengejek Anggita saat kecil hanya karena ia sering menangis. Lalu puncaknya, saat Isal pertama kali merebut peringkat 10 besar dari Anggita. Sepulang itu, Anggita dipukul habis-habisan dengan keluarnya ia dari sepuluh besar.
Semua mental Anggita makin hancur karena Isal. Itu sebabnya, ia menghantui Isal untuk membunuh Calista. Membunuh melalui pistol digenggaman jarinya. Berharap mental Isal akan rusak seperti yang ia rasakan dulu.
Satu persatu orang-orang yang hadir di pemakaman telah pulang. Calista merangkul pelan pundak Naya—adik Isal. Mulai sekarang Naya akan tinggal seorang diri, tanpa ada lagi sosok kakak disisinya. Ia terus menangis meremas kuat gundukan tanah sang kakak. Namun, kini semua anggota Razvider hadir sebagai keluarga bagi Naya. Calista akan menjadi yang pertama untuk selalu menyempatkan waktu menemuinya. Sakha sendiri telah menyewa sebuah kamar kos untuk Naya tinggali, di sana banyak teman-teman kos yang akan berteman dengannya. Biaya sekolah Naya pun akan Sakha tanggung.
Naya bangun setelah lama menangis. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik dari sebelumnya. Ia tersenyum seraya memeluk Calista. "Aku minta maaf ya kak atas nama Kak Isal. Kak Isal terpaksa melakukannya."
"Iya Naya, kak Calista ngerti," balas Calista. "Keadaan kamu sendiri sekarang gimana?"
"Naya baik kak."
"Naya juga mau berterima kasih untuk kakak-kakak semua ..." mata Naya beredar menatap semua anggota Razvider yang hadir di sana. "... Karena kalian Naya bisa bebas dan tenang." Beberapa dari mereka mengangguk. Beberapanya lagi menjawab dengan senyuman yang hangat.
Mereka semua kini beralih pada suasana rumah sakit. Semua anggota Razvider pun pulang ke markas, kecuali Sakha dan kelima temannya serta Calista yang singgah ke rumah sakit untuk menemui Albara yang sudah menjalani perawatan intensif.
Albara terkejut saat pintu terbuka. Tangannya yang tadi ingin meraih gelas ia urungkan. Wajah cantik Calista yang pertama muncul membuat Albara tersenyum dan kembali merebahkan tubuhnya. Setelahnya Sakha dan kelima temannya muncul.
Calista dengan cepat mengambil gelas yang ingin Albara ambil. "Nih, Bar."
Albara tersenyum.
"Gimana keadaan luka lo?" tanya Sakha mengalihkan Albara yang terus melihat Calista.
"Aing-"
"Lo-gue aja kali, semua di sini udah tau kalau lo anaknya gimana," ujar Gleo.
Albara melihat Calista, gadis itu sekarang juga tau tentang dirinya yang tidak sepolos itu. Lingkungan Albara sebenarnya sama kerasnya dengan Sakha. Bedanya, Albara bermain-main dengan 2 watak yang berbeda dalam dirinya. Satu, untuk watak yang dikenal cupu dan introvert, satunya lagi untuk watak nakal yang sering bermain ke club.
"Udah aman, gue baik-baik aja," jawab Albara seraya sekilas melihat Calista lagi.
"Sok kuat lo Bar," cibir Gleo.
"Kalau baik, coba sini gue tepok perut lo!"
Tangan Aslan langsung ditepis kuat oleh Albara. "Lukanya masih basah belegug!!"
"Dih, kata aman, makanya jangan sok kuat." Aslan terkekeh.
"Sakit mah bilang sakit, Bar," tambah Jervi tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Ficțiune adolescențiTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...