Jika ada bahasa asing atau daerah yang digunakan di dalam cerita tidak memiliki arti yang sesuai, saya memohon maaf atas kekurangan dari observasi saya.
Selamat membaca..
enjoy di cerita ini🖤----
Calista berdiri di taman menunggu seseorang yang minta di temani membeli suatu barang. Layar ponsel ia mainkan menyalurkan rasa bosan saat menunggu kedatangan orang itu.
Satu bunga mawar diberikan tepat di hadapan wajahnya, Calista langsung mendongak melihat Sakha dengan penampilan yang cukup berbeda dari biasanya. Menggunakan kaos hitam tanpa jaket geng, celana tanpa robekan, topi berwarna hitam dan tanpa kalung perak di lehernya.
"Thanks ya Sakha, untuk bunganya."
Sakha merespon dengan mengangguk pelan. Calista mengulum senyum sebelum mengucapkan suatu kata. Sakha bisa merasa gadis di depannya sedang tersenyum menatap wajahnya, Sakha hanya memberi raut bingung sebagai balasan. "Aku suka lihat penampilanmu yang begini, Kha. Kamu jauh lebih keren," puji Calista.
Sakha tak memperdulikan pujian dari gadis dihadapannya, dia berjalan meninggalkan Calista. Calista tau pasti dia sedang menutupi rasa saltingnya itu padanya.
"Sakhaa... Tungguin akuu!" Calista berlari menyusul.
🌹
Calista menikmati kegiatannya memilih perlengkapan barang yang Sakha perlukan untuk mewujudkan 7 hari permintaannya. Mulai dari dasi, topi, kaos kaki, ikat pinggang, buku dan alat tulis. Sakha hanya diam melihat Calista yang masih mencari barang yang sekiranya bakal di perlukan untuknya.
"Ta, gue rasa cukup," sela Sakha di tengah-tengah kesibukan gadis itu.
"Iya iya, ayo kita bayar," Calista membawa semua barang yang ia pilih menuju kasir.
Angin sejuk langsung menyapa Calista yang baru saja keluar dari toko perlengkapan sekolah. Entah kebetulan atau bagaimana, Calista bertemu dengan seseorang yang baru ia kenal beberapa hari ini.
"Hai Bara!"
"Eh Calista, sama siapa?"
Calista menunjuk Sakha yang baru saja keluar dari toko, Bara mengikuti arah pandang Calista yang jatuh pada sesosok lelaki berwajah tegas. Bara tersenyum sejenak dan langsung berpamitan dengan Calista.
"Loh, Bara kenapa?" tanya Calista bingung.
Sakha menghela nafas kasar memandang gadis yang sedang di dekati banyak lelaki di sekolahnya. Bahu Calista tiba-tiba dirangkul oleh Sakha dan dibawa melangkah dari tempat mereka berdiri.
Sakha terus merangkul tubuh Calista yang lebih kecil dan pendek darinya. Sakha senang, Calista berhenti mengoceh dan mulai menikmati rangkulan hangat darinya.
"Kenapa mukanya jadi tegang gitu?" tanya Sakha.
Calista hanya bergeming tak menghiraukan pertanyaan dari Sakha, telinganya mendengar seksama suara di sekitar. Tubuh Calista langsung berbalik ke belakang dan mendorong tubuh Sakha ke pinggir dinding toko karena seseorang misterius melempar batu ke arah mereka. Calista menunduk menghindar dari batu besar yang baru saja melayang melewati tubuhnya. Batu itu jatuh terpecah-belah ke trotoar yang tadi mereka pijak. Calista bangun dengan terburu-buru dan segera menarik lengan Sakha untuk pergi dari sana.
"Ayo, Sakha! Kamu kenapa diam?"
"Gue mau hajar dia!"
"IKUT KATA AKU, AYO LARI!"
Sakha tertatih mengikuti lari Calista yang terbilang cukup cepat. Ia terpaksa mempercepat langkah mengikuti perintah Calista untuk pergi dari sana dari pada melawan. Mereka terus berlari menghindar dari seseorang yang ingin mencelakai Sakha melalui jalan-jalan pintas yang Calista pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Novela JuvenilTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...