|40| - Cantik.

45 8 0
                                    

Hal yang paling menyenangkan bagi Calista beberapa hari terakhir ini adalah ketika ia dibonceng pulang oleh Sakha dengan motornya. Sensasi terkena tiupan angin dan rasa nyaman saat Sakha menarik tangannya untuk berpegangan membuat Calista salah tingkah. Itulah alasan dibalik hal yang menyenangkan bagi Calista.

Di waktu yang beranjak sore hari ini, Sakha mengarahkan motor ke jalan yang berbeda. Mereka mendatangi sebuah tempat yang nyaman dan tenang.

"Kita ngapain, Kha?" tanya Calista seraya turun dari motor.

"Duduk bentar, yuk!"

"Duduk?"

Sakha mengaggukinya seraya berlari mendekati sebuah bangku yang dinaungi oleh pohon besar yang rindang. Hamparan danau yang luas dihadapan benar-benar memanjakan mata. Calista mendudukan dirinya di samping Sakha yang sepertinya sedang menikmati udara di sekitar terlihat dari dia memejamkan mata dengan kepala sedikit mendongak dan kedua tangannya yang menapak ke bangku untuk menopang tubuh.

"Kamu sering ke sini ya?" Suara Calista membuat Sakha membuka matanya.

"Iya, dulu gue sering main ke sini, tapi sejak awal SMP, gue gak pernah datang ke tempat ini lagi."

"Kenapa?"

Pertanyaan dari Calista membuat Sakha langsung menoleh menatapnya. Mereka saling tatap dan rasa canggung mulai mengisi. Sakha langsung melemparkan pandangannya pada danau di depan. Entah mengapa Calista merasa dari tatapan Sakha tadi padanya tersirat bahwa ia sedang mengharapkan sesuatu, sesuatu yang membuat Calista merasa gelisah karena tatapannya itu.

"Gue gak bisa cerita alasannya, Ta, gue minta maaf," tutur Sakha sembari menoleh melihat Calista lagi.

Mata itu kembali menatapnya. Rasa bersalah dan gelisah kembali muncul di hati Calista. "Gapapa, Kha."

Setelah ucapan itu Calista diam tak berkata sepatah kata pun. Sakha memilih beranjak bangun, berlari mendekati danau lalu berbalik memanggil Calista untuk menghampirinya.

"Ta, sinii!"

"Apaa?" Calista sudah berdiri tepat di depannya.

"Ayoo, lo harus senyum di sini, atau lo gak suka tempatnya?"

Calista sontak tersenyum. "Siapa bilang aku gak suka? Aku suka tempat ini," ucap Calista seraya memperhatikan sekitar. Calista menatap kembali ke depan, bingung melihat Sakha yang sibuk merogoh saku kanan celananya.

"Ada yang nelpon ya?"

"Eee- engga, gu-gu-gue mau .... foto sama lo, boleh?"

Calista langsung mengulum senyumnya. "Boleh, tapi kita bisanya selfie aja, gak ada orang lain di sini yang bisa fotoin."

Sakha mengangguk canggung.

Ponsel Sakha dipegang oleh Calista, karena Sakha kesulitan untuk memegangnya saat foto. Mereka selfie beberapa kali dengan jarak yang lumayan.

"Eh, baru sadar, kita jaraknya kejauhan," ujar Calista setelah melihat hasil foto. "Nih, coba kamu lihat, Kha."

"Ulang, yuk!"

"Iyaa."

Sakha mengerutuki dirinya karena telah mengajukan sesi foto yang mendebarkan ini. Jarak mereka saat berfoto terlalu dekat untuk detak jantung Sakha yang mungkin bisa Calista rasakan. Sedari tadi, foto yang diambil hanya menampilkan wajah tegang Sakha. Walaupun Calista sudah menegur agar Sakha bisa tersenyum, namun hasilnya tetap saja ia terlihat kikuk.

"Sini hpnya, jangan dilihat terus, guenya jelek."

"Jelek dari mana? Bagus ko, cuma ya kamunya agak gugup dikit," ucap Calista seraya memeragakan kata dikit dengan jari tangannya.

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang