Selamat membaca.
•••
4 hari kemudian..
Hari terus berlalu, tak terasa sudah empat hari Sakha menghindarinya. Dan setiap empat hari itu juga, Sakha hanya mengirim Bunga mawar melalui kurir. Hari ini, giliran Calista yang mewujudkan permintaan Sakha. Tapi bagaimana cara mewujudkannya jika mereka saja tidak bertemu?
"Ini kan ya tempatnya?" tanya Calista yang berjalan mindik-mindik karena ruangan yang ia masuki minim cahaya.
"Harusnya gak salah, tadi Sakha beneran masuk ke sini."
Argh! Lepas!
Seorang lelaki mencengkeram leher Calista dengan lengannya. Dia juga mengarahkan pisau ke perut Calista.
"KELUAR SAKHA!"
"Ini cewe lo kan? Bisa-bisanya bawa umpan untuk gue? Hahaha."
"Lepasin!" teriak Calista memberontak. Pisau di tangan lelaki itu makin mendekat ke perutnya jika Calista tidak mau diam.
Dor.
Lelaki yang mencengkram Calista jatuh terhuyung ke belakang, sebuah peluru tertanam di kakinya. Sakha berjalan menghampiri Calista yang masih terkejut dengan penembakan yang tiba-tiba. Tapi beberapa orang malah muncul di belakang Sakha dan memukul belakang kepalanya dengan kuat.
Sakha dipukuli habis-habisan dengan kelima orang itu. Calista berusaha menyelamatkannya. Namun saat mendekat 2 lelaki lain muncul menghadangnya.
"Dek, sini sama Abang! Cantik-cantik kok sendirian."
"Berhenti! Jangan sentuh saya, atau saya akan bikin mati kalian semua!" ancam Calista.
Kedua lelaki itu tertawa renyah dan tetap mendekati Calista. Untungnya suara sirine polisi datang menyerbu mereka dari segala arah. Sakha yang memanggil polisi untuk datang menangkap sekelompok anak yang sebelumnya berniat menjebak Geng Razvider dalam perjualbelian narkoba terlarang.
Sakha bangun dengan tertatih, tubuhnya dipenuhi memar dan luka gores. Calista segera berlari saat Sakha ingin berjalan meninggalkannya.
"Sakha! Kamu mau kemana?" cegatnya.
"Kenapa kamu tinggalin aku gitu aja disini? Bahkan dalam bahaya pun kamu tetap menghindar dariku, Sak?"
"IYA, Karena bahaya itu dari gue, Ta!" jawab Sakha.
"Gue penyebab lo dalam bahaya, gue penyebab lo punya luka di sini," tunjuk Sakha pada luka gores di dahi Calista.
"Gue gak bisa melindungi lo seperti laki-laki lainnya, Ta."
"Bisa-bisa lo ikut mati kalau lo selalu sama gue," lirih Sakha.
"Hust! Sakha.. kamu kenapa mikir kaya gitu? Aku yang memilih masuk ke hidupmu, aku yang pilih bahaya ini demi bisa ada di dekat kamu."
"Kenapa lo pilih itu semua, Ta? Gue ini pembawa bahaya! Gue baru sadar itu semua setelah masalah yang ada selalu melibatkan lo."
"Asal lo tau, Ta, 4 hari yang lalu... lo itu di diikutin sama mereka! Musuh- musuh gue. Mereka mau bunuh lo, Ta!" Sakha berucap tanpa terpotong sedikit pun. "Dan itu semua karena gue. Gue jauhin lo demi nyawa lo, Calista! Jadi menjauh dari gue, gue gak mau lo kenapa-napa!"
Calista menatap sendu lelaki di depannya, setelah mendengar Sakha yang begitu memperdulikannya. Calista menarik tubuh Sakha dengan perlahan dalam pelukan. Tangannya beralih mengelus rambut Sakha yang semakin menghantarkan rasa nyaman dan tenang pada lelaki itu.
"Tenang Sakha, tenang."
"Aku akan baik-baik aja selama kamu gak jauhin aku lagi."
Sakha mengeratkan pelukannya. Namun Calista malah melonggarkan lingkaran tangan yang membatasi pergerakannya. Calista tangkap kedua pipi Sakha dengan tangan mungilnya. "Janji sama aku ya, jangan pernah cari musuh untuk hal yang gak penting. Kalau memang perlu cari musuh, kamu bisa musuhan sama aku."
"Aku bisa jadi musuh mematikan buat kamu, kamu mau tinju-tinju? Mau karate? Mau silat? Mau balapan? Semua bisa sama aku," saran Calista seraya memperagakan badan berotot yang biasa di lakukan lelaki gym.
Sakha tertawa kecil melihat tingkahnya. Sakha mendekat mendorong pelan hidung Calista dengan jari telunjuknya. "Banyak omong aja lo!"
"Promise?" Calista mengangkat jari kelingkingnya.
"Apa itu?"
Senyum Calista merekah, melihat tatapan polos yang diberikan Sakha padanya. "Maksud aku, janji dulu?"
"Iya iya, janji." Sakha membalas kelingking gadis dihadapannya. Setelah mendapatkan janji sesuai keinginannya, dia langsung menuntun Sakha keluar dari gedung tak terurus yang penuh debu.
"Kenapa orang-orang natap gue? Wajah gue parah banget?" tanya Sakha heran.
Calista terdiam dan menatap lekat wajah Sakha. Setelah beberapa detik terdiam, Calista malah tertawa melihat wajah Sakha yang jika dilihat-lihat sudah seperti orang yang dituduh mencuri sekampung.
"Lo aja ketawa, muka gue se-biru apa?"
"Se-biru lautan! Udah deh, mending kita obatin dulu... jangan banyak komen," jawab Calista dan memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.
🌹
Sakha tersenyum melihat Calista yang sedang membereskan obat p3k. Setiap ia terluka, Calista selalu menjadi hero yang datang mengobatinya. Perlahan-lahan hati Sakha semakin leleh dengan kepedulian Calista.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" heran Calista mendapati sebuah senyum terukir di wajah yang jarang tersenyum.
"Emang salah gue senyum karena lihat lo?"
Calista terkekeh geli. "Bicara apa sih, gausah lihatin aku terus, Sakha.."
"Lo makin lucu, kalau salting."
"Siapa yang salting, sih? Enggak ya!"
"Mendingan kamu bilang permintaanmu aja ke aku. Permintaan 1 mingguku kan udah habis, thanks ya udah mau berusaha mewujudkannya. Aku harap penampilanmu tetap seperti ini, walau tenggat waktu permintaanku sudah selesai."
"Gue gak kelihatan sangar kalau pakai baju biasa gini, Ta."
"Sangar kok. Bahkan plusnya Sakha tambah ganteng juga, lebih good boy gitu."
Sakha hanya terkekeh kecil merespon ucapannya. "Mau tau permintaanmya sekarang atau nanti?" tanya Sakha.
"Sekarang!" seru Calista.
"Ok," Sakha menghela nafas pelan. "Gue mau lo carikan gue pacar. Harus gadis ksatria berhati mulia, yang secandu permen, secantik perpaduan warna kopi, gak ada A' dalam nama dan yang punya 1000 bintang."
"Already crazy! there are criteria like that?" (Udah gila! Emang ada kriteria kaya gitu?)
"Lo bilang apa? Nyumpahin gue lagi?" curiga Sakha.
"Engga-engga, aku cuma bilang kalau bikin kriteria yang waras sedikit dong, kriteria kamu bikin aku bingung."
"Bener lo bingung? Harusnya siswi pindahan dari London bisa pecahin maksud gue."
"Ih, Sak, emang ada ya tipe cewe begitu?"
"Ada," jawab Sakha santai.
"Tapi, di mana carinya?" keluh Calista.
"Permintaan gue cuma satu, Ta. Tolong wujudkan ya," pinta Sakha seraya mengacak-acak puncak rambut Calista.
"Ih, Sakhaa! Rambut aku jadi berantakan nih."
"Cup.. cup.. sini gue baikin," Sakha mendekatkan wajahnya pada Calista, matanya menatap fokus pada garis rambut Calista, dia memperbaiki arah rambut gadis itu sampai rapi kembali.
"Permintaan gue gak ada tenggat waktu. Tapi tolong secepatnya ya, Ta," pinta Sakha. Calista menghela nafas pasrah, ia benar-benar tidak menyangka wish Sakha akan se-ribet ini. Tapi detik berikutnya, sudut bibir Calista terangkat karena menyadari satu kata yang sangat jarang Sakha ucapkan, kata tolong' kini terlontar dari mulutnya.
•••
I hope you like this part♡
Tolong vote dan komennya ya.
And see you next chapter!!
Salam hangat,
Pia Pai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...