05-Ikut kepesantren

6.2K 259 1
                                    

Terkadang Allah menunda sesuatu yang indah untuk menjadikannya lebih indah lagi

~Mendadak ning~

••••

Niatnya hari ini Alif akan kembali ke pesantren dengan membawa Arumi ikut dengannya. Keduanya saat ini tengah bersiap-siap. Sebenarnya Arumi sangat tidak rela jika harus pergi dari tempat yang dimana ia tumbuh besar, namun sekarang ia sadar bahwa statusnya sudah berubah menjadi istri. Apalagi istri dari seorang gus, ia tidak habis pikir dengan semua itu.

Hanya karena satu malam membuat statusnya tiba-tiba berubah.

Arumi menatap tampilannya di cermin, jika bukan karena ingin berangkat ke pesantren, Arumi tidak akan menggunakan baju kebesaran ini, sudah seperti emak-emak saja rasanya. Tapi, tak bisa di pungkiri ada rasa nyaman saat memakainya.

"Fisha... Udah belum?" Panggil Alif yang mengamati Arumi yang hanya memandang kosong pantulannya di cermin.

Arumi terkesiap. Ia membalikkan badannya menatap Alif yang sudah berdiri tepat di belakangnya. "Iya udah"

Seketika Arumi menahan nafasnya saat tangan Alif bergerak ke pundaknya. Ekor matanya mengikuti kemana tangan Alif bergerak. Suaminya itu menurunkan jilbab yang tersampir di bahunya menjadi menutupi dadanya.

'Kok jadi deg-degan ya?'

"Kalo pake jilbab itu yang bener. Mas tau kamu masih susah tapi usahain ya? Mas nggak mau milik mas di liat orang lain"

"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
(QS. An-Nur 24: Ayat 31)

Pipi Arumi memerah karena ucapan Alif, Arumi berdehem singkat kemudian menetralkan kembali wajahnya "Iya deh mas ustadz di usahain" ujarnya dengan malas.

"Yang ikhlas!"

"CK, iya ini udah ikhlas. Ikhlas banget malah"

"Kalo ikhlas itu nggak perlu di sebut-sebut"

Arumi semakin kesal dibuatnya, ia mendongak menatap Alif yang tingginya melebihi kepalanya dengan tatapan tajamnya "Terserah! Nyebelin banget jadi suami!" Ketus Arumi lalu melenggang keluar kamar meninggalkan Alif yang menatapnya dengan senyum simpul. Laki-laki itu tersenyum, lucu saja rasanya membuat Arumi kesal.

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang