Haloo... assalamualaikum
Jangan lupa vote dan komen ya? Please jangan jadi silent reader!Oh ya mau tanya nih pembaca MN ini dari daerah mana aja sih?
Bagikan cerita ini keteman kalian juga ya biar makin banyak yang baca, terimakasih :)
••••
POV Arumi
Kemarin aku dan mas Alif kembali ke pesantren, banyak yang terkejut melihat kedatanganku, namun kudapati juga raut wajah senang di wajah mereka ketika pertama kali aku melangkah turun dari mobil.
Kuarahkan pandanganku memandangi wajah tampan di sebelahku yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya. Seulas senyum tersungging dibibirku. Tak pernah kubayangkan bahwa aku benar-benar menjadi istrinya.
Aku sedikit kasihan oleh segenap perempuan yang mengejar suamiku ini. Apalagi Yumna, ngomong-ngomong dimana perempuan itu berada?
Sudahlah dimana pun dia berada bukan urusanku. Dia begitu mati-matian mengejar cintanya mas Alif namun tak mendapatkan balasan apa-apa sedangkan aku? Bahkan bergerak saja tidak, namun tiba-tiba aku yang terikat dengannya, lucu sekali hidupku ini.
Kisah kami layaknya seperti sebuah novel yang disatukan oleh keadaan. Namun, aku tak pernah menyesali hal itu malah aku bersyukur bisa bertemu dengannya, hidupku banyak berubah karena suami ustadz ku itu.
Caranya yang memperlakukan ku dengan baik membuatku tersentuh. Tutur katanya yang lembut dalam membimbingku membuatku luluh. Perfect pokoknya. Masalah kemarin mah udah lupain aja.
Tanganku mengelus rahang tegas milik suamiku itu mulai menjelajahi setiap inci wajahnya yang sayangnya sangat sayang jika dilewatkan. Alis tebal, bulu mata panjang meskipun tak lentik, hidung mancung, dan bibir tipisnya yang bewarna merah muda itu membuatku sulit untuk mengalihkan pandanganku.
"Eh maaf kebangun ya?" Tanyaku saat tiba-tiba mata mas Alif terbuka. Mungkin saja terganggu oleh kegiatanku, ya mau bagaimana lagi, mas Alif sih terlalu tampan.
Bukannya menjawab mas Alif malah memelukku menduselkan kepalanya mencari kenyamanan pada ceruk leherku. Nafasnya yang hangat menerpa permukaan leherku yang membuat diriku menegang.
"Selamat pagi habibahnya Alif" Aku menjerit dalam diamku. Suaranya itu loh, sangat-sangat berdamage. Minta di halalin.
Eh?
Udah halal ya
"P-pagi" Bodoh! Aku merutuki diriku sendiri, mengapa bicaraku tiba-tiba saja gugup. Aduh Arumi kamu sangat baperan!
Kulihat mas Alif mengangkat kepalanya, alangkah terkejutnya aku ketika dia mengecup bibirku tiba-tiba "Morning kiss" Ucapnya disertai dengan cengiran membuatku malu sendiri. Sudah ku pastikan pipiku sudah memerah karenanya.
Aku masih memperhatikan mas Alif. Laki-laki itu memperbaiki duduknya lalu membawa diriku kedalam dekapannya. Tangan besarnya masuk kedalam piyamaku mengelus perutku yang buncit.
Tiba-tiba saja kurasakan tendangan dari bayiku. Mungkin saja dia dapat merasakan kehadiran ayahnya. Aku meringis pelan membuat mas Alif menatapku "Kenapa sayang?"
"Kakak nendang--ssh" Ringisku ketika merasakan bayiku menendang lagi.
"Sakit banget?"
"Gak cuman ngilu sedikit"
Mas Alif mendekatkan kepalanya pada perutku kemudian berucap "Anak ayah kalo nendang jangan keras-keras ya, kasihan bundanya sayang" Katanya diakhiri kecupan-kecupan kecil.
Tolong. Tolong siapapun, aku baper huwaa... Mas Alif ini sangat pandai membuat anak orang baper sampe mau kayang sangking saltingnya!
"Kenapa nih kok bunda senyum-senyum?" Tanya mas Alif dengan sengaja menggodaku.
Tuh kan, lagi-lagi mas Alif membuatku baper ketika dia memanggilku dengan sebutan 'bunda'.
"Tau ah kesel!" Ucapku dengan pipi yang sudah memerah.
Kulihat mas Alif hanya tertawa kembali membawaku kedalam dekapannya sesekali mengecup puncak kepalaku.
"Kira-kira bayinya cewek atau cowok ya?" Tanyaku dengan memainkan jari-jari tangan mas Alif yang berada diatas perutku.
"Mau USG aja biar tau?"
"Gak ah biar jadi surprise" Mas Alif hanya mengangguk setuju. "Oh ya mas Alif pengennya anak cewek atau cowok?"
"Cewek cowok" Keningku berkerut. "Kayaknya anak kita cuman satu doang" Mungkin saja mas Alif mengira aku hamil anak kembar, mungkin.
Mas Alif mengangguk "Iya maksudnya cewek dulu nanti adeknya cowok" Ucapnya dengan sangat gampang membuatku memutar bola mata malas mendengarnya. Dia hanya terkekeh pelan. "Becanda, sedikasihnya Allah aja, mau cewek, cowok yang penting bunda sama kakaknya sehat mas bakal seneng banget"
"Oke!" Ucapku dengan mengangkat tanganku berbentuk O.
"Nanti janji ya kita besarin anak-anak kita sama-sama?" Mas Alif tersenyum menyambut jari kelingkingku yang mengudara.
Oh ya, aku tiba-tiba teringat sesuatu, dan aku ingin sekali tahu alasan dibalik sesuatu itu, lebih baik kutanyakan saja.
"Fisha mau nanya deh""Nanya aja" Ucapnya mengeratkan pelukannya padaku
"Kok mas Alif manggil calon anak kita dengan sebutan kakak sih, kan dimana-mana tuh calon anak mereka biasanya dipanggil adek, lah ini malah lain, heran fisha tuh!"
Mas Alif terkekeh sebentar "Berbeda itu indah!" Aku hanya mendengus mendengarnya. Raut wajahnya tiba-tiba serius, kulihat dia mendekatkan bibirnya ketelingaku berbisik disana. "Kan bener, calon kakak buat adek-adeknya nanti"
Plak!
POV End
Bersambung...
Arumi said: segitu aja ya, mau diterusin, tapi takut malah kalian yang meleyot gegara tingkahnya mas Alif, duh jadi malu sendiri saya bund, udah ah! Babay di chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Ning (End)
SpiritualGenre: Spiritual-Romance Start: 12 Mei 2023 Revisi: 29 Desember 2023 Ending: 10 Mei 2024 ❥Mendadak Ning Aku tidak pernah sekalipun menyesali takdir yang mempertemukan kita meskipun dengan cara yang salah bahkan mengikat kita dalam satu ikatan suci b...