37-Siapa dia?

2.8K 131 3
                                    

Halooo ada yang nungguin update gak nih?
Afwan yahh baru sempet up heheh... Jangan lupa ninggalin jejak!

 Jangan lupa ninggalin jejak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


••••

Bulan demi bulan berlalu dengan cepat. Kejadian dimana Alif mendatangi rumah Altaf dan berakhir pingsan, laki-laki itu sempat kritis beberapa minggu lalu.

Kondisinya fisiknya pun sekarang sudah mulai membaik. Namun, tidak dengan hatinya. Kepergian Arumi seperti membawa separuh hidup Alif, laki-laki itu seperti seseorang yang kehilangan arah dengan terus bergumam menyebut nama Arumi. Penyesalan tak akan pernah hilang dari hidupnya.

Hari ini tepatnya empat bulan setelah kepergian Arumi dari pesantren. Selama itu pula Alif berada di ndalem tinggal bersama sang umah. Alif yang dulunya begitu ramah kini menjadi seseorang yang sangat cuek juga terkesan acuh terhadap sekitar. Bahkan, ketika di ajak berbicara pun, Alif hanya akan mengangguk atau sekedar menjawab seadanya saja.

Umah zahra sangat prihatin melihat kondisi putranya yang sudah seperti mayat hidup. Ia tidak mau kehilangan seseorang lagi, sudah cukup suami dan putrinya yang pergi meninggalkannya.

Perempuan paruh baya itu membelai rambut Alif yang membuat laki-laki itu menoleh dengan senyum tipis. "Mau sampe kapan kamu gini nak? Kamu kayak orang kehilangan arah, umah sedih liat kamu kayak gini" Lirih umah Zahra.

Alif merasa bersalah, karena sikapnya, membuat umahnya bersedih. Alif mendekap tubuh sang umah. Kemudian mengecup keningnya "Maafin Alif umah, maaf udah bikin umah sedih" Alif tidak tahu bahwa sikapnya ini akan membuat umahnya bersedih.

"Umah tau kamu sedih, tapi, kamu juga harus bangkit. Pesantren membutuhkan kamu"

Alif mengangguk. Setalah kepergian sang Abah, Alif mengambil alih pemerintahan pesantren. Ia sering kali mengisi kajian atau menghadiri undangan di luar kota. Tak hanya sekedar berdakwah, Alif juga melakukan itu semua turut untuk mencari Arumi. Dan yah, sampai saat ini ia belum sekali pun bertemu dengan istrinya tersebut.

"Ada undangan pengajian dari pondok Al-hijra di Jatim, kamu bisa isi?" Alif mengangguk dengan nafas berat.

Umah Zahra tersenyum maklum "Umah tau ini berat nak, tapi jangan terus-terusan menetap di tempat yang buat kamu terluka, coba kembali bangkit"

"Na'am umah, kalo gitu Alif mau siap-siap. Tapi sebelum itu, Alif izin kerumah Alif ya?" Umah Zahra hanya mengangguk.

Melihat balasan umah Zahra. Alif bergegas menuju rumahnya. Rumahnya bersama Arumi, rumah yang sudah tak di tempati-nya selama beberapa bulan ini.

Rumah itu masih bersih, karena Alif selalu datang kemari menyempatkan diri untuk membersihkannya.

Ceklek

Ketika pintu di buka, bayang-bayang ketika dirinya bersama Arumi terlihat. Bayangan itu adalah bayangan di mana mereka pertama kali memasuki rumah ini.

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang