31-Permintaan Kedua

2.7K 146 6
                                    

Haiii, assalamualaikum

Jan lupa vote dan komen ya?! Syukron^^

Jan lupa vote dan komen ya?! Syukron^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Setelah mengetahui semua kebenarannya, Ayana menuliskan semua perasaannya pada buku diary miliknya. Menuliskan segala keluh kesahnya di buku itu.

Ayana mengingat-ingat kejadian-kejadian yang telah di alaminya. Gadis itu merutuki dirinya sendiri yang bertindak bodoh

"Seharusnya aku percaya sama omongannya mbak Arum"

"Aku salah apa sih sampe dijadiin alat balas dendam?" Ayana menghapus air matanya "Aku harus minta maaf sama mbak Rumi, aku kemarin bentak-bentak dia, pasti mbak Arumi sedih" Ayana beranjak keluar dari kamarnya. Tujuannya saat ini adalah kerumah kakaknya.

Saat telah sampai disana, ia melihat Arumi yang sedang menyiram tanaman. "Mbak!"

Arumi mendongak menatap pemilik suara itu. Bisa ia lihat Ayana yang menangis "Kamu kenapa?" Tanyanya panik.

Bahu Ayana naik turun "T-ternyata omongan mbak bener. Kak Ikbal cuman jadiin aku alat doang"

Arumi mengangguk lalu mengelus bahu Ayana "Maafin mbak ya, gara-gara mbak kamu harus ikutan masalah"

Ayana dengan cepat menggeleng "Qodarullah. Maafin Ayana ya?"

Arumi mengangguk dengan senyum lebar, ini yang ia inginkan "Alhamdulillah"

"Mbak gak cemas karna Yumna pengen rebut mas Alif dari mbak?"

Arumi mengangguk "Ngapain cemas, dihati mas Alif itu cuman ada mbak"

Ayana terkekeh pelan sembari menghapus sisa air matanya "Mbak bisa aja. Oh ya, karna aku lagi gabut, gimana kalo kita masak-masak? Ayana pinter bikin kue loh"

"Beneran?" Ayana mengangguk "Yaudah masuk yuk, Mbak punya bahan-bahannya didalem"

Kedua perempuan itu pun masuk kedalam rumah "Mas Alif kemana?" Tanya Ayana, pasalnya sejak tadi ia belum melihat keberadaan kakaknya itu disini.

"Lagi di pondok putra" Ayana manggut-manggut mengerti.

Keduanya pun mulai melancarkan aksinya membuat kue. Arumi sesekali membantu Ayana, sebab dalam hal ini ia tak pandai.

"Mbak tolong adonannya di buat bulat-bulat gitu ya terus di isi pake coklat, Yana mau cek yang di oven dulu"

Arumi mengangguk menyanggupi. Ia lebih dulu memasang kaos tangan plastik agar kuenya tetap bersih. Sedangkan Ayana? Perempuan itu sekarang sudah berdiri di depan oven.

"Tadaaa...kuenya udah jad---"

SREK

Suara bersemangat itu tiba-tiba melirih diakhir katanya.

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang