18-Permintaan pertama

3.1K 147 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
🌟Jangan lupa vote dan komen
✨Jangan jadi silent reader!

بسم الله الرحمن الرحيم 🌟Jangan lupa vote dan komen✨Jangan jadi silent reader!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Selepas sholat isya keduanya tak langsung beranjak, malam ini adalah malam jum'at alangkah baiknya melakukan sunnah.

"Baca Alkahfi yuk" Ajak Alif pada Arumi yang sudah akan melepaskan mukenahnya bersiap untuk tidur.

"Hmm besok aja deh"

"Fisha mau tau nggak keutamaan orang yang baca surah Al Kahfi di malam jum'at?"

Gadis itu mendudukkan dirinya di tepi kasur seraya menatap Alif "Apa memangnya?"

"Hadits pertama: Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471)

Hadits kedua:

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)"

"Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya"

"Yaudah, fisha ikut deh."

Alif tersenyum tipis "Yaudah, sini!"

Arumi hanya mengangguk lalu menghampiri Alif, ikut duduk di depan laki-laki itu. "Sampai habis bacanya?"

"Bisa dicicil kok, asalkan istiqomah bacanya sampai selesai. Waktunya sampai magrib di hari Jum'at"

Arumi mengangguk paham, keduanya pun mulai membaca. Sekali-kali Alif memperbaiki bacaan Arumi yang masih keliru saat membaca. Mereka membacanya hanya sampai di ayat 50 saja karena Arumi mengatakan sudah mengantuk dan ingin segera tidur.

Kedua beranjak berdiri, mulai membereskan perlengkapan-perlengkapan sholat mereka "Fisha?"

"Iya kenapa?" Arumi berjalan menghampiri Alif kembali yang sekarang duduk di sofa dekat ranjang.

"Mas udah ada permintaan buat fisha, tapi..."

"Tapi apa mas? Bilang aja, fisha bakal turutin kok, fisha kan udah janji"

"Yakin?" Arumi mengangguk menyakinkan bahwa ia akan memenuhi keinginan Alif sesuai janjinya "Mas gak yakin kamu bakal siap" Gumam Alif namun sayangnya Perkataannya masih bisa di dengar jelas oleh Arumi.

"Siap apa sih emangnya?" Arumi semakin penasaran di buatnya.

"Fisha udah siap jadi ibu?"

Arumi mematung mendengar permintaan Alif.

Sepertinya ia telah salah memberi janji pada laki-laki itu. Tapi ini juga sudah menjadi tugasnya sebagai istri untuk mengikuti segala keinginan Alif selama itu benar, dan ini hak milik Alif yang seharusnya laki-laki itu sudah dapatkan sejak awal. Arumi berfikir bagaimana nasib hidupnya kedepan.

Melihat ke-terdiaman Arumi membuat Alif tersenyum. Ia mengerti keadaan Arumi saat ini, dan ia pun seharusnya tidak egois meminta hal itu, Arumi harusnya hanya fokus untuk belajar saat ini "Gak usah di pikirin, lupa--" Ucapannya terpotong saat Arumi menyahut ucapannya.

"Fisha siap!"

Alif menggelengkan kepalanya "Gak perlu fisha, tugas fisha saat ini cuman perlu belajar aja gak usah pikirin yang lain dulu. Maaf ya, tadi mas cuman asal ngomong aja" Kata Alif berusaha untuk tersenyum tak ingin membuat Arumi merasa bersalah.

"Gak, fisha beneran udah siap kok"

Alif semakin menggeleng, laki-laki itu memegang kedua pundak Arumi "Mas paham kamu belum siap, dan mas gak mau paksa kamu. Jadi, udah ya jangan bahas itu lagi, sekarang ayo tidur!"

"Jadi mas Alif gak mau?" Dengan ragu Alif mengangguk "Beneran? Fisha gampang berubah pikiran lho" Arumi sengaja berkata seperti itu, tapi jika Alif memang tidak ingin bagaimana lagi?

"Yaudah kalo gitu, fisha mau kemar mandi" Arumi beranjak dari duduknya kemudian berjalan kearah lemari, mengambil bajunya yang akan di pakai tidur nanti meninggalkan Alif yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gak peka banget! Seharusnya, aaa--udahlah" Alif mengusap wajahnya frustasi. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya "Nggak, ini udah bener. Fisha cuman harus fokus belajar dulu sekarang, nanti aja lif!"

Alif ikut beranjak dari duduknya, berjalan kearah kamar mandi. Sebelah kakinya ia tumpuhkan pada tembok dengan badan yang bersandar masih memikirkan keputusannya yang membuatnya kepikiran hingga saat ini.

Saat pintu kamar mandi berdecit, laki-laki itu menoleh mendapati tampilan Arumi yang begitu berbeda "Ya Allah"

Arumi mengerutkan dahinya melihat ekspresi Alif "Aneh, kenapa sih?" Alif hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Fisha pinjem ponselnya bentar ya, fisha mau foto-foto biar foto fisha di ponsel mas Alif banyak"

Alif masih diam di tempatnya sambil menatap Arumi "Kenapa di pake lagi bajunya?"

Arumi menatap Alif heran "Lho kenapa? Daripada gak kepake kan sayang mending fisha pake buat tidur"

"Lagian yang liat juga cuman mas Alif doang, jadi gak papa kan?" Arumi kembali mendapati Alif yang terdiam membuatnya berdecak kesal "Ck lama banget, yaudah fisha pinjem ponselnya" Arumi berjalan kearah nakas, mengambil ponsel Alif disana. Jika harus menunggu Alif berbicara itu hanya akan membuang waktu saja, bahkan laki-laki itu masih menatapnya sampai sekarang membuat Arumi bergindik ngeri "Ngapain liatnya begitu sih?"

Alif menggelengkan kepalanya sebagai jawaban ia kemudian masuk kedalam kamar mandi menetralkan detak jantungnya yang menggila "Ya Allah, gimana nih?" Bagaimana jantungnya tidak berdetak kencang saat melihat Arumi yang begitu cantik. Hal ini membuatnya semakin tersiksa saja, gadis itu terlihat sangat cantik dengan balutan dress merah selutut dengan rambut yang terurai indah. Apakah Arumi sengaja melakukan ini padanya?

Alif menarik nafasnya dalam-dalam berusaha untuk berfikir jernih, ia mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum keluar menemui istrinya itu.

Dilihatnya Arumi yang masih sibuk berfoto, entah seberapa banyak foto yang sudah diambil istrinya itu di ponselnya.

"Udah malem, ayo tidur!"

Arumi menoleh, ia mengangguk menuruti perintah Alif. Arumi berjalan menuju nakas menyimpan kembali ponsel Alif di sana, atensinya beralih menatap Alif yang kini menatapnya.

Gadis itu menaiki ranjang kemudian menatap Alif serius, alisnya terangkat satu "Kenapa sih?"

Mata bulat dengan bulu mata lentik, pipi chubby dan hidung kecilnya, jangan lupakan bibir merah alaminya. Siapa yang tidak akan terpesona dengan kecantikan istri kecilnya ini "Habibati?" Panggil Alif dengan suara beratnya.

"Na'am Habibi?" Balasan suara yang begitu lembut menyapa pendengarnya membuat Alif mati-matian menormalkan kembali detak jantungnya yang menggila.

"Boleh?"

Arumi tidak sepolos itu sampai tidak tau apa yang Alif maksud, namun mengerjai laki-laki itu sepertinya perlu "Gak deh, fisha ngantuk. Tadi katanya mas Alif gak mau yaudah, fisha mau tidur sekarang" Arumi mulai menarik selimut menutupi wajahnya seolah tak peduli dengan Alif.

"Habibati?"

Arumi kembali memunculkan kepalanya ia menatap Alif yang menatapnya.

Sulit di jelaskan!

Perempuan itu terkekeh sebelum mengangguk sebagai jawaban

Bersambung....

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang