38. Bertemu kembali

3.1K 129 2
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Kini Alif bersiap-siap untuk kembali ke pesantrennya, Bogor. Tak ingin membuat umahnya terlalu lama sendiri di sana.

Saat akan memasuki mobil, netranya tak sengaja kembali menangkap perempuan berniqab yang di tabraknya tadi tengah mengusap-usap perutnya seraya mencengkram erat pegangan kursi taman. Alif baru sadar ternyata perempuan itu tengah hamil. Tampak juga seorang laki-laki yang kiranya umurnya tak jauh beda berjalan dengan cepat menjauhi perempuan tersebut.

Alif hanya mematung di tempatnya melihat perempuan tersebut. Alif menggeleng, tidak seharusnya ia bersikap demikian. Di hatinya hanya ada istrinya, Arumi. Meskipun perempuan itu belum di ketahui keberadaannya.

Lirihan kecil mampu membuat Alif urung untuk masuk kedalam mobil, bukan karna ringisan dari perempuan itu, tapi dari nada suara yang benar-benar tak asing di pendengarannya.

Dengan gemetar serta rasa penasaran yang tinggi Alif perlahan mendekati perempuan itu. Tak terlalu dekat, hanya mengamati dari jauh saja.

"Sssh...Nendangnya jangan keras-keras dong kak, bunda kesakitan nih."

"F-fisha, itu kamu kan sayang?" Panggil Alif dengan lirih. Ia sangat merasa yakin, itu adalah Arumi.

Perempuan itu tersentak kaget, ia segera berdiri dari duduknya hendak pergi. Namun dengan cepat Alif mencekal tangannya. "Mas tau ini kamu, tolong jangan pergi..."

Alif sungguh tidak sanggup lagi jika Arumi pergi meninggalkannya. Mata yang sudah mengeluarkan air mata itu berani mendongak menatap perempuan berniqab di depannya.

"A-nda salah orang, permisi"

"Mau sampai kapan kamu pergi, mas gak mungkin salah orang. Mas tau ini kamu, maafin mas hiks... Maaf" Alif bertekuk lutut di hadapan Arumi.

Perempuan itu terkejut. Benar itu adalah Arumi.

"Nih minum dul---" Laki-laki yang selalu bersama Arumi menatap tanda tanya siapa orang yang sedang berlutut di hadapan adiknya ini.

Keningnya mengeryit seolah bertanya 'siapa?'

"Maafin mas, maaf..."

"Ayo kak kita pergi" Arumi meraih tangan langit untuk meninggalkan taman.

Alif semakin memohon. "Tolong jangan pergi lagi fisha..."

Laki-laki yang di sebut langit itu hanya diam menyaksikan, tak tahu harus berbuat apa. Dalam benaknya muncul pertanyaan 'Apa dia suaminya si Rumi?'

"Ayo kak...," Arumi memegang tangan langit tak ingin menatap Alif yang memohon di hadapannya.

Langit menghela nafasnya pelan. Ia meletakkan air di meja kemudian memegang kedua pundak Arumi "Masalah gak akan pernah selesai kalo lo lari dari masalah itu sendiri. Selesain baik-baik. Gue kasih kalian waktu" Ujar langit kemudian melangkah menjauh memberi tempat untuk sepasang suami istri itu memperbaiki hubungan mereka, itu pun jika masih bisa di perbaiki.

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang