44-Kebenaran

2.8K 120 2
                                    

Udah siap ungkap kebenarannya? Let's go! Eitt jangan lupa vote ya heheh:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah siap ungkap kebenarannya? Let's go! Eitt jangan lupa vote ya heheh:)

••••

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat, terhitung sudah tiga hari semenjak kejadian dimana Arumi mendengar suara anak kecil memanggil suaminya itu dengan sebutan Abi.

Begitupun dengan tingkah Alif yang semakin hari semakin membuat Arumi uring-uringan.

Arumi yakin ada yang disembunyikan pria itu darinya. Arumi benar-benar ingin menepis semua kecurigaannya namun semua memori seakan terus berputar di kepalanya bak kaset rusak.

Ceklek

Pintu dibuka oleh Alif, laki-laki itu ikut bergabung duduk di atas ranjang. Arumi mendekat menyandarkan kepalanya dibahu sang suami. Arumi rindu momen-momen seperti ini.

Jika ditanya bagaimana perasaannya, perasaannya saat ini bingung, dan sedih yang tak berujung. Selama ini dia diam menunggu Alif untuk menjelaskan segalanya namun Alif bahkan tetap acuh tak menjelaskan apa yang menjadi beban pikirannya saat ini.

Seharusnya hubungannya dengan Alif semakin dekat karena mereka baru saja bertemu, tapi semua itu hanya menjadi angan Arumi. Mungkin raga mereka dekat namun rasanya hati Alif jauh darinya.

Perempuan itu menghela nafasnya pelan mengambil tangan Alif membawanya keatas perutnya yang buncit. "Mas Alif gak sembuyiin sesuatu dari fisha kan?" Tanya Arumi ragu.

"Gak ada" Baru kali ini Arumi mendengar nada datar Alif.

"Kamu berubah" Lirih Arumi nyaris tak terdengar namun masih bisa di tangkap oleh pendengaran Alif yang tajam.

"Berubah?" Tanyanya dengan alis menukik heran.

Arumi mendongak ternyata Alif mendengarnya, baguslah kalo dia mendengarnya. Dia jadi tidak susah untuk mengode lagi.

"Iya, kamu udah gak sayang sama aku? Aku udah jelek ya"

"Ngomong apa sih" Sangkal Alif menatap tajam Arumi.

Pandangan Arumi kosong, omongannya semakin melantur kemana-mana.

"Apa? Aku tau kok aku udah gak cantik lagi, jelek, buluk, burik, dekil, semuanya deh yang buruk-buruk buat aku, karna itu mas cari pengganti aku kan?"

"Maksud kamu mas selingkuh gitu?"

Arumi tersenyum miring "Kalo fisha bilang iya gimana?"

Mendadak Ning (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang