04. Trauma yang tersembunyi✓

4.7K 402 27
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.

Nabila memandang lurus kedepan, menatap air mancur yang berada di tengah-tengah taman, ditemani oleh awan hitam di langit.

Seperti sebelum-sebelumnya, Nabila selalu membawa buku favoritnya kemana-mana. Ditambah satu buku bersampul hitam berlabel kan namanya.

Nabila tersenyum sendu, menikmati kebisingan kepalanya yang seakan berlomba-lomba meminta sebuah jawaban. Ia bingung, semuanya terasa kacau. Sebenarnya jawaban bagaimana yang ia inginkan? Jawaban atas pertanyaan yang mana? Ada begitu banyak hal yang mengganggunya dan ia bahkan tidak tau penyebabnya apa.

Nabila membuka buku diarynya, menulis kata demi kata hingga membentuk sebuah syair indah dengan makna yang mendalam.

Wajar bila manusia,
menangis berderai air mata.
Manusia juga bisa,
berpura-pura untuk bahagia.

Persis dalam cerita,
yang di tulis sempurna,
ataukah kisah yang realita.

Berjuta sandiwara,
ada di depan mata,
jadilah kau pemeran utama.

Kau boleh menangis, tapi kembali berdiri.
Kau boleh terluka, tapi hanya sementara.
Jangan kau terlalu lama tenggelam,
Ingatlah masih ada depan.
Omongan mereka hanya lolongan,
yang hilang di telan malam.

Nabila berhenti menulis, ia menatap tangannya yang gemetar hebat. Gadis itu memejamkan mata, berusaha untuk tetap rileks.

Awalnya ia pikir pengendalian dirinya sudah bagus, tapi ternyata tidak, ia masih saja lemah seperti sebelumnya. Itu menyebalkan. Nabila membenci dirinya yang seperti ini.

"Sampai kapan?.." lirihnya. Ia terus menanyakan hal itu dalam hati, tapi entah kenapa, tetap saja ia tidak bisa menjawabnya. Layaknya labirin yang membuat seseorang tersesat, ia seperti hanya berputar pada jalan itu-itu saja. 

Nabila menghembuskan nafas kasar, kepalanya mendongak menatap awan hitam di langit dengan tatapan kosong. Ia mulai lelah menyimpan lukanya sendirian. Ia ingin berbagi, berbagi pada kakaknya, tapi sayangnya tidak bisa. Ia tau kakaknya pasti punya banyak masalah, bahkan mungkin lebih banyak dari dirinya.

Lagipula, sampai kapan ia harus membebani Salma dengan masalahnya yang tidak berujung?  Pada akhirnya semuanya sia-sia, tetap ia yang akan tersakiti.

"Mama...papa..apa Nabila gak di bolehin untuk ngelupain peristiwa itu? Apa Nabila gak boleh sedikit aja ngerasain tenang tanpa harus diteror mimpi-mimpi menyeramkan itu? Apa Nabila gak boleh bahagia sehari aja? Nabila--." suaranya tercekat, seperti ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya hingga ia hanya bisa menangis menikmati rasa sakit itu. Nabila menutup wajahnya, ia lelah terus berpura-pura seperti ini, ia benci.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang