JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
.
.
.
.
.
.
.Nabila berbalik mengunci pintu kamarnya, kemudian bergabung bersama Anggis yang sedang berbaring di kasur. Sekarang sudah pukul 5 petang, dan beberapa menit yang lalu Salma kembali ke restoran. Oleh karena itu, di rumah tersisa mereka berdua.
"Nabila," panggil Anggis. Gadis itu menurunkan ponselnya, menatap Nabila yang menaikkan alisnya bertanya.
"Tadi kamu sengaja ya? Bilang kita mau pulang bareng? Padahal kamu gak ada bilang gitu sebelumnya ke aku. Kenapa?" tanyanya.
"Gak juga. Aku emang mau pulang bareng sama kamu, soalnya aku pikir kayaknya enak kalau aku punya temen ngobrol disini. Lagipula, tadi kamu liat kan? Kak Salma sibuk, harus ke restoran terus. Aku butuh temen." Alibi Nabila terdengar meyakinkan bagi Anggis. Maka dari itu ia tidak bertanya lebih lanjut.
"Gitu ya?, Kirain kamu sengaja nolak tadi. Yaudahlah, keknya Paul harus berusaha keras supaya bisa bikin kamu luluh.." ujarnya bercanda.
"Ada yang mau kamu ceritain gak?" tanya Nabila mengalihkan.
"Aku? Hm—apa ya? Gak tau sih. Bingung mau cerita apaan." jawab Anggis tertawa. Ia tidak sadar Nabila terus memperhatikan wajahnya, jelas gadis itu tau bahwa Anggis berbohong. Kesedihan, mau serapat apapun di sembunyikan, tetap akan terlihat saat mereka tersenyum.
"Sejujurnya.."
Nabila kembali menoleh, mendengar suara penuh ragu dari Anggis membuatnya penasaran.
"Aku penasaran kenapa kamu nolak untuk di sukai? Maksudnya dalam artian disukainya bukan kayak aku ke kamu, sahabatan. Tapi, dalam artian suka yang bener-bener suka gitu loh, antara laki-laki sama perempuan. Suka yang bakalan berujung jatuh cinta. Aku mau nanya ini dari tadi, tapi aku takut kamu marah, soalnya ini sensitif banget di kamu...." ujar Anggis takut-takut.
"Entahlah..." Jawab Nabila ambigu. Matanya melengkung seperti bulan sabit, seiras dengan lengkungan bibirnya yang tersenyum manis.
"Aku susah untuk menerima perasaan semacam itu. Bukan karena aku gak suka, tapi rasanya sulit. Walau semisal aku suka pun, aku tetep gak bisa menerima respon balik yang sama, itu sedikit—rumit?" lanjutnya.
"Aku gak paham.." ringis Anggis. Ia benar-benar tidak mampu menelisik apa yang ada di pikiran Nabila. Entah ia yang terlalu bodoh, atau Nabila memang sengaja tidak membiarkannya tahu apa isi pikirannya.
"Anggis, selama ini aku gak pernah berhubungan sama orang lain kecuali kak Salma. Hidup aku selalu sendiri, gak punya teman, gak punya tempat cerita, bahkan mungkin kak Salma sendiri sempat berfikir sama kayak kamu. Aku terlalu tertutup, dan terlalu rumit untuk di mengerti. Itu pikiran kamu kan?" Anggis mengerjap kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]
Teen FictionTERBIT! [sudah tersedia di shopee] __ "Manusia itu seperti buku, ada yang menipu kita dengan covernya, ada juga yang mengejutkan kita dengan isinya." Ini kisah tentang Nabila, memiliki nama panjang Nabila Arutala Eunola. Gadis pendiam dengan trauma...