JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
.
.
.
.
.
.
Suasana kelas begitu hening. Tidak biasanya seperti ini, mereka yang ada di kelas itu terlihat sering mencuri pandang ke arah Nabila. Bukan karena tidak suka, melainkan karena aura dingin gadis itu yang teramat kental hingga membuat beberapa dari mereka merasa tidak nyaman bahkan tak sedikit yang tertekan.Wajar saja, ini pertama kalinya mereka melihat Nabila seperti itu. Dulu, Nabila memang pendiam dan tak banyak di dekati, tapi auranya tidak semenakutkan sekarang.
Ketegangan terus berlanjut, sampai akhirnya si ketua kelas masuk dan memukul papan tulis untuk menarik perhatian.
"Hari ini Bu Retno gak masuk karena anaknya mau lahiran. jadi sementara, kita disuruh baca ulang pelajaran kemarin, yang penting-penting aja, besok jam terakhir kita di tunggu di ruang guru untuk ujian lisan." ujarnya mengundang seruan kecewa dari mereka semua.
"Oh iya! Satu lagi, Nabila mana?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah. "Nah itu, Nab! Lo di panggil miss Alice ke ruangannya. Sekarang."
Tanpa suara, Nabila berjalan keluar kelas. Telinganya seolah tuli meskipun ia jelas mendengar teriakan Anggis yang ingin menemaninya. Jujur, hatinya belum tertata rapi, hingga saat ini, ia masih merasa sakit. Padahal, untuk apa ia segalau ini? Memang Paul siapanya? Sedari awal ini salahnya karena berharap berlebihan. Cukup Nabila, jangan di pikirin lagi.
Kembali ke kelas, beberapa dari mereka menghela nafas lega karena berhasil keluar dari tekanan yang Nabila berikan. Ada juga yang saling melempar pertanyaan tentang suasana mencekam barusan, kenapa? Ada apa? Bagaimana bisa seperti itu? Anggis yang me jadi sasaran hanya bisa menggeleng lemah. Ia pun tidak tau.
"Gara-gara lo!" tonjok Rony pada Paul. Wajahnya menunjukkan raut kekesalan. Kali ini, ia mengakui bahwa Paul, sahabatnya benar-benar manusia terbodoh, terbego, ter-ter lah pokoknya!
"Gue?" beo Paul kebingungan. Salahnya di mana? Tolong beritahu!
"Kenapa lo gak nyamperin gue ke rooftop? lo mau gue ngomong ke begoan lo di sini, terus di denger anak-anak yang lain hah?" ujar Rony menggebu. Tapi tentu saja suaranya tidak di keraskan, ia masih punya hati nurani asal kalian tau.
"Apasih Ron!" Paul mengeryit kesal, ia tidak mengerti. Sungguh!
"Kenapa sih? Kenapa Rony?" tanya Anggis bingung. Ia menatap keduanya yang saling melemparkan tatapan tajam.
"Kenapa lo berangkat bareng Jasmine?" tanya Rony berusaha meredakan kekesalannya.
"Lo pikir itu kemauan gue? Salahin bokapnya yang tiba-tiba ngalangin jalan gue terus nitipin anaknya gitu aja. Gue mana bisa nolak, lo tau kepsek gimana." jelas Paul membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]
Teen FictionTERBIT! [sudah tersedia di shopee] __ "Manusia itu seperti buku, ada yang menipu kita dengan covernya, ada juga yang mengejutkan kita dengan isinya." Ini kisah tentang Nabila, memiliki nama panjang Nabila Arutala Eunola. Gadis pendiam dengan trauma...