11. Keluarga yang terpecah✓

3.3K 297 12
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.

Anggis memasuki rumahnya dalam diam, berharap ibunya tidak ada di dalam. Karena jujur, ia sudah lelah menerima luka berulang kali dengan masalah yang sama. Ia muak jika harus berdebat untuk kesekian kali, mentalnya tidak sekuat itu menerima semua tekanan ibunya.

Anggis menghela nafas berat. kemudian mulai menaiki tangga menuju kamarnya. Namun ia tersentak, saat mendengar suara bentakan mamanya disusul bunyi keras dari pecahan kaca. Jantung Anggis serasa berhenti berdetak, apa yang terjadi? Apa mama dan kakaknya bertengkar? Tapi kenapa? Bukankah kakaknya adalah anak kesayangan? Lalu mereka bertengkar karena apa?

Karena penasaran, gadis itu melangkah mendekat meski kakinya sudah gemetar tidak karuan. Badannya ia sandarkan pada tembok samping pintu, semoga saja mereka tidak langsung keluar sebelum ia mendengar semuanya.

"DIA HARUS BERBAKAT SEPERTI MAMA DIMAN! APA KATA MEDIA NANTI KALAU MAMA PUNYA ANAK YANG PERGAULANNYA BUKAN DARI KELAS ATAS HAH?! MAMA BISA MALU!"

"ANGGIS TERUS, ANGGIS TERUS! MA, UDAH BERAPA KALI DIMAN BILANG JANGAN PERNAH LIBATIN ANGGIS DALAM POLA HIDUP MAMA YANG PENUH KEKANGAN DAN KEPOPULERAN ITU! CUKUP DIMAN. Anggis masih kecil ma, belum lulus sma. Apa mama gak mikir resiko kedepannya apa? Mama gak mikir gimana kesehatan mental anak mama sendiri? Tolong sekali aja tepatin janji mama. Jangan ganggu Anggis, itu persyaratan kita dulu."

Anggis mematung, otaknya seketika blank, apa maksudnya? sejak kapan kakaknya berjanji seperti itu? Apa yang tidak ia ketahui sebenarnya diantara mereka berdua?

"Diman mama gak bermaksud ngekang kalian, mama cuma mau liat kalian itu sukses dan di pandang baik sama orang-orang. Yang mama lakuin semata-mata untuk kebahagiaan kalian kok,"

"Lebih tepatnya, kebahagiaan mama, bukan kebahagiaan Diman apalagi kebahagiaan Anggis. Semua yang mama lakuin semata-mata hanya utuk memuaskan ekspestasi mama yang terlalu tinggi itu. Diman capek ma, selama ini Diman gak pernah mau jadi dokter, Diman udah berkali-kali bilang ini sama mama kan? Tapi apa yang mama lakuin? Mama daftarin aku diam-diam untuk kuliah kedokteran di negeri orang. Mama gak tau apa yang Diman alami disana kan? Diman di bully ma, ditendang, diremehin, dianggap cemen karena selalu mual kalau ngeliat luka pasien, selalu ngerasa pusing kalau berhadapan sama darah. Bahkan Diman sampai dibawa ke rumah sakit karena gak kuat nahan semuanya. Mama gak tau semua itu kan? Karena yang mama pentingin cuma diri mama sendiri.

"Selama ini Diman diem, nerima semua yang mama perintahin. Diman belajar, belajar, dan belajar, sampai rasanya otak Diman mati. Lulus di kuliah kedokteran bukan hal yang mudah bagi Diman ma, banyak hal yang Diman korbanin, termasuk harga diri. Tapi mama tau kenapa Diman tetep kuat bertahan? Itu karena janji mama. Janji kalau Diman lulus, mama gak akan pernah ganggu pendidikan Anggis, gak akan pernah ganggu cita-cita Anggis, apalagi nuntut Anggis untuk sekolah modeling. Tapi apa? Nyatanya setelah Diman pulang kesini, mama malah nyiksa Anggis, nuntut dia harus ini, harus itu, sampai dia gak betah dirumah. Bahkan dia sampai benci kakaknya sendiri. Mama sadar gak kalau mama itu egois?

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang