JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
.
.
.
.
.
.Hari minggu yang damai. Sangat pas untuk berleha-leha dirumah, mengistirahatkan tubuh, pikiran, dan lainnya. Sama seperti Nabila, ia sedari tadi masih bergelung di balik selimut tebal, memeluk boneka beruang yang di berikan oleh Paul kemarin. Chuky, panggil saja seperti itu.
Berbeda dengan Nabila, Salma wanita 21 tahun tersebut kini tampak buru-buru mengikat tali sepatunya. Hari ini, tiba-tiba saja ia mendapat telpon dari manager resto bahwa salah satu pekerja yang seharusnya berjaga hari ini, tidak hadir, dan ia yang dipilih untuk menggantikannya. Sedikit menyebalkan, namun ia juga tak berani untuk protes, bisa bahaya.
"NABILA KAKAK BERANGKAT! DI MEJA UDAH KAKAK SIAPIN SARAPAN, JANGAN BANGUN KESIANGAN ATAU JODOH KAMU BERUBAH JADI AKI-AKI BANGKOTAN!" teriak Salma.
Suara menggelegar Salma tak mungkin tidak didengar oleh Nabila. Buktinya, saat ini gadis itu terduduk dengan wajah bantalnya. Kepala yang tadinya menunduk, mulai tertoleh menatap jam dinding. Matanya sedikit menyipit, setelahnya kembali berbaring alih-alih beranjak dari kasur untuk sekedar mencuci wajahnya.
Saat hampir benar-benar tenggelam oleh rasa kantuknya, tiba-tiba dering ponsel berbunyi nyaring membuatnya terkejut.
Decakan lirih lolos dari bibir Nabila, ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut berusaha mengabaikan dering yang tak kunjung berhenti.
1 detik
2 detik
3 detik
Sekali gerakan, Nabila langsung bangun dari tidurannya. Hela nafas panjang terdengar jelas keluar dari bibir mungil gadis itu, ia benar-benar butuh istirahat sekarang, tapi kenapa ada saja yang mengganggunya. Sedikit menyebalkan namun ia tidak mungkin memarahi penelpon itu kan?
Nabila menatap layar ponselnya, lalu setelahnya terkejut kala nama Paul tertera disana.
Paul menelponnya sepagi ini? Ada keperluan apa?
Haruskah ia jawab? Atau biarkan saja sampai deringnya berhenti?Pergulatan dalam pikirannya membuat gadis itu kehilangan fokus, hingga telpon kedua dari paul barulah ia tersadar kembali.
"Halo?" Nabila berdehem halus agar suaranya tetap stabil. Ia bisa malu kalau Paul sadar suaranya serak, sehabis bangun tidur.
Tapi sepertinya sia-sia, karena nyatanya ia susah menahan rasa kantuknya sendiri, hingga akhirnya menguap tanpa sengaja.
Ketika tawa Paul mengalun indah di telinganya, mulut nabila terkunci rapat dengan jantung yang berdebar hebat. Sensasi ini muncul kembali, ini bahaya. Tangannya tanpa sadar ia letakkan di dadanya, merasakan debaran jantung yang menggila itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]
Teen FictionTERBIT! [sudah tersedia di shopee] __ "Manusia itu seperti buku, ada yang menipu kita dengan covernya, ada juga yang mengejutkan kita dengan isinya." Ini kisah tentang Nabila, memiliki nama panjang Nabila Arutala Eunola. Gadis pendiam dengan trauma...