29. Tentang bunga dan artinya✓

3K 334 57
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Nabila duduk sendirian di dalam kelasnya. Menatap langit yang semula cerah, kini tertutupi oleh awan hitam. Dengan perasaan gundah, gadis itu terus menatap ke atas sana, seolah menunggu rintik hujan membasahi bumi. Ia tidak peduli dengan tiupan angin dingin yang mulai memeluk dirinya hingga menggigil.

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Dan ia tidak berniat untuk sekedar bergerak dari duduknya. Pikiran Nabila campur aduk. Rasa cemas, khawatir, marah, semuanya bercampur jadi satu.

Jika ditanya sebabnya, ia pun tidak tau. Selesai bertemu dengan si pemilik sekolah, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang sampai rasanya ia susah untuk bernafas. Sesak, dan sakit? Jenis perasaan yang tidak bisa di deskripsikan.

Nabila memejamkan matanya, mengingat kalimat yang di ucapkan oleh pemilik sekolah tadi. Bahkan ia tidak sempat bertanya namanya karena terlalu terpaku pada pikirannya.

"Kehidupan itu seperti lautan luas. Penuh dengan gelombang dan badai. Kadang kala, kita terombang-ambing tak tentu arah, terluka oleh batu karang yang tajam, atau hampir tenggelam karena ombak besar.

Namun, di tengah semua itu, kita harus ingat bahwa setiap ombak yang datang, adalah bagian dari perjalanan hidup. Setiap luka yang kita dapat adalah bukti bahwa kita berhasil bertahan.

Meski terasa berat, bahkan berdarah-darah sekalipun, kita harus tetap berenang, tetap bertahan sekuat mungkin, karena setelah badai pasti akan ada tenang. Setelah malam yang gelap, pasti akan ada fajar yang cerah.

Jadi, jangan menyerah walau semenderita apapun. Karena kehidupan memang berjalan seperti bajingan."

Nabila membuka matanya kembali, lalu menarik sudut bibirnya sedikit.

"Kalimat yang bagus, tapi sayangnya gak cocok untuk jiwa yang kehadirannya gak di harapkan, dan kelahirannya yang seolah sebuah kesalahan fatal,"

"Apa anak yang seharusnya gak lahir ke dunia, berhak dapat kalimat penyemangat kayak gitu? Aneh. Mereka bukan siapa-siapa, tapi kenapa aku malah nangis kayak gini? Kenapa dia bikin aku berharap hal yang mustahil? Aku gak tau siapa mereka, tapi kenapa rasanya sakit banget disini.." lirih Nabila menyentuh dadanya. Air matanya jatuh, terisak sendirian di dalam kelas yang sunyi.

Masih dengan tangisnya, Nabila tidak menyadari sepasang kaki melangkah masuk, dan berhenti di samping kursinya. Gadis itu baru sadar setelah sebuah jaket terpasang di pundaknya.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang