01. Mengagumi dalam diam✓

9.2K 437 27
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.


Pagi yang dingin dan angin bertiup kencang. Awan hitam disertai dengan hujan deras membuat suasana sekolah tampak horor, bahkan ini sudah jam istirahat, namun seakan tak ingin berhenti, hujan malah semakin mengguyur.

Banyak siswa yang memilih tetap berada di kelas, entah memilih tidur, main hp, dan lain-lain. Namun ada juga yang memilih duduk di depan kelas, bercengkerama seperti biasa seakan hujan bukanlah penghalang bagi mereka.

Rasa dingin menusuk seakan menembus kulit sosok gadis yang duduk di bangku pojok kelas, menatap hujan dari balik jendela, dengan memangku sebuah buku bersampul oranye dan navy. 'manusia dan badainya'

Tatapannya seakan menerawang jauh, memikirkan dua orang yang amat sangat ia rindukan. Ia selalu mengharapkan keajaiban di setiap harinya, Meski sebenarnya ia tau itu mustahil terjadi.

Suasana kelas yang berisik tidak membuatnya terganggu, ia masih terus menatap hujan dengan tatapan kosong. Sebelum tiba-tiba suara berat masuk ke dalam Indra pendengarannya.

Nabila menoleh, menatap laki-laki yang baru saja masuk ke dalam kelas dengan rambut dan seragam yang basah. Ia tebak, pasti habis menerobos hujan. Bibirnya mengulas senyum tipis, sangat tipis. Hingga kemungkinan tidak ada yang bisa menyadarinya.

"Habis mandi hujan lo? Sampe basah semua itu" tegur satu laki-laki yang selalu memakai bantal leher kapanpun dan di manapun. Dia Rony, sahabat Paul. Si tukang tidur dan partner berantem Anggis.

"Habis kejar-kejaran sama hujan" jawab Paul ngasal. Ia mengambil seragam didalam tasnya, kemudian bersiap keluar lagi untuk ke toilet.

"Eh, eh! Mau kemana?" tanya Anggis mencegah. Rony menatap gadis itu skeptis, lalu bertanya dengan nada sewotnya,--"Ngapain lo nanya? Mau ikut?"

"Apasih, sewot banget, aku kan cuma nanya! Lagian kenapa kamu yang jawab? Orang aku nanya ke Paul." balas Anggis nyolot disertai delikan tajamnya.

"Gue mau ke toilet, ganti baju. Kenapa? Mau ikut beneran? Ayo sini kalau mau." ujar Paul menggoda. Anggis sontak melempar pulpen yang ia pegang ke arah Paul berharap lemparannya bisa mengenai pemuda itu, tapi sayangnya ia dengan gesit menghindar hingga lemparannya meleset.

"Gak kena, kasian. Hahaha" Paul menertawai Anggis yang sudah memasang tampang kecut di bangkunya.

"Udah sana! ganti seragam. Ntar bel masuk bunyi bisa habis lo dihukum, kalau ketahuan basah gitu" lerai Rony yang mulai menyandarkan tubuhnya di kursi, bersiap untuk tidur.

Paul tidak lagi menjawab, ia berlari keluar dari kelas untuk mengganti seragamnya. Sementara Nabila, ia juga kembali memutar kepalanya menghadap kearah luar jendela.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang