19. menyelesaikan masalah!✓

3.1K 331 37
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

Deburan ombak terdengar memenuhi pendengaran Nabila yang kini mendudukkan diri di atas batu besar pinggir laut. Ia memandang lurus ke depan, tidak peduli pada angin yang semakin lama semakin kencang.

Pikirannya berkecamuk. Sudah terlalu banyak rahasia yang ia simpan sendiri, mulai dari ia kecil hingga sekarang, tidak ada yang benar-benar tau dirinya seperti apa.

Belum lagi perasaan cintanya. Mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi ke depan, tidak lantas memberikannya sebuah solusi jalan keluar terbaik, ia malah merasa semakin buntu. Ia terjebak diantara cinta dan lukanya sendiri.

Seseorang mungkin saja berkata-

Harusnya kamu ceritakan ke orang terdekatmu..

Harusnya kamu lebih terbuka..

Harusnya kamu gak pendam semuanya sendirian..

Jangan terlalu mandiri merawat luka..

Berbagilah dengan keluargamu, itu peran mereka.

Tapi, sejatinya-semua itu hanya omongan orang-orang yang tidak pernah mengalami hal yang sama. Mereka berbicara seolah-olah mengerti dan paham. Padahal nyatanya, mereka sedang mengandalkan logika.

Mengucapkan kalimat penenang seperti itu memang mudah, tapi bagi kami yang merasakannya-

Situasi dimana kita harus berbagi cerita pahit pada orang lain, sama saja seperti membunuh diri sendiri.

Semuanya tidak sesederhana itu...

Tidak selamanya bercerita bisa membawa kelegaan, beberapa bisa mengakibatkan keterpurukan dan akhirnya berusaha melenyapkan diri.

Nabila tersenyum getir, di tempat ini, mamanya pernah mengungkap satu rahasia yang membuat hatinya terjepit. Bodohnya ia tidak terlalu paham karena umurnya yang masih belia. Mamanya terlalu egois, memberinya rahasia besar lalu pergi meninggalkannya sendiri dengan beban yang semakin lama membuatnya semakin terluka.

"Memangnya aku salah apa sampai mama harus bikin aku menanggung dosa mama kayak gini? Aku bukan mama, aku bukan pengganti mama. Mana mungkin aku bisa hadepin semuanya sendirian? Aku mau benci sama mama, tapi gak bisa, karena mama juga manusia...."

"Saat itu tiba, apa aku harus benar-benar melepaskan semuanya?. Entah kenapa rasanya gak adil. Aku gak mau meskipun itu harus.." Nabila menghembuskan nafasnya berulang kali, sebelum tersadar oleh bunyi notif ponselnya.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang