02. Untuk pertama kalinya✓

5.4K 427 20
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

Biasanya, sore-sore begini enaknya minum yang hangat-hangat, apalagi jika ditemani oleh cuaca mendung yang tampak sangat mendukung kedamaian pikiran.

Seperti halnya dengan Nabila, gadis itu sedang duduk di kursi ayunan balkon kamarnya, ditemani segelas susu coklat panas serta buku yang sama, seperti di sekolah tadi. Nabila menyukai buku itu karena setiap kalimatnya mengandung banyak arti yang mendalam.

Nabila membuka lembar demi lembar, membacanya dengan tenang, hingga sampailah di lembar selanjutnya, gadis itu berhenti.

Kita saling menerka dan menebak,
tentang bentuk asli dari sebuah rahasia.

Betapa membingungkan dan melelahkan,
jika kita tak pernah membicarakan
hal-hal yang selalu ingin kita sampaikan.
Tubuh bersikeras merahasiakannya,
Meski ego memberontak untuk di bebaskan.

Masalah semua orang adalah ingin
menjadi apa adanya,
tetapi terkadang tak pernah mau terlihat seluruhnya.

Lantas kita,
mau menghabiskan umur Untuk menebak?

Semoga kita,
Tidak tersesat di terjemahan.

Nabila menghela nafas panjang, dengan bibir yang mengulas senyum sendu, benar! Setiap orang pasti ingin menjadi seseorang yang apa adanya, tak harus bersembunyi, tak harus memakai topeng palsu, dan tak harus khawatir akan hal-hal sulit yang akan menimpa mereka jika salah langkah sedikit saja.

Kata orang, diam adalah opsi terbaik. Tapi mereka tidak tau bahwa, berdiam diri justru adalah opsi terburuk, setidaknya untuk diri sendiri. Memendam sendirian hingga terluka sendirian, memikirkan jalan keluar sendirian yang selalu saja berakhir buntu, bertahan dengan dua kaki saja tidak cukup jika harus berhadapan dengan dunia yang keras.

Nabila paham itu semua, namun ia tetap melakukannya. Tidak gampang baginya jika harus berbagi cerita bersama orang lain. Nabila susah menaruh rasa percaya, terlebih tentang hal-hal yang sangat privasi. Ia takut kembali di sepelekan, ia takut akan prasangka orang-orang tentangnya, ia takut kembali terluka.

"Rahasia....sejak kapan aku punya rahasia sebanyak ini?" gumamnya kecil. Nabila kemudian menutup bukunya, meletakkannya di atas meja lalu meraih susu coklat dan menyesapnya sedikit demi sedikit.

"Berdiri sendirian memang menyedihkan, tapi aku punya kak Salma, itu lebih dari cukup kan?" gumamnya lagi dengan suara yang lebih halus.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang