06. Effort martabak coklat✓

4.5K 357 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.

Drttt...drrtt

Bunyi getaran dari benda pipih yang berada di atas nakas, kembali membuat Nabila membuka matanya setelah berusaha untuk tertidur. Ia bangun di ikuti helaan nafas panjang, lalu kemudian meraih ponselnya, melihat siapa yang menelpon malam-malam begini.

Nabila memasang wajah bingung, "Anggis?" beonya sebelum menjawab telpon tersebut.

"Halo" sapa nabila.

"Nabila kamu lagi apa?" tanya Anggis basa-basi.

"Gak ada. Aku baru mau tidur, tapi kamu keburu nelpon. Kamu kenapa?" jawab Nabila.

"Ganggu ya aku? Maaf ya Nabila. Kalau kamu mau tidur gapapa, aku matiin aja telponnya" ucap Anggis berubah canggung dan sedikit merasa bersalah.

"Enggak kok, kamu mau bicara apa emangnya?" Sanggah Nabila. Ia merasa Anggis menyimpan sesuatu yang tidak orang lain ketahui. Dari bicaranya saja sudah ketahuan.

"Aku kesepian" ucap Anggis pelan.

mimik wajah Nabila berubah mendengar itu, "orang tua kamu kemana?" tanyanya berusaha untuk tetap positif thingking.

"Ada kok, dibawah. Lagi ngobrol sama kakakku" jawab Anggis lesu. Nabila mengangguk, meski itu percuma karena Anggis tidak akan melihatnya.

"Nabila.." panggil Anggis setelah sama-sama saling diam.

"Ya?" sahut Nabila lembut.

"Menurut kamu, aku udah baik gak?" tanyanya tiba-tiba.

"Kok nanya gitu? Ya jelas kamu baik Anggis. Kalo kamu jahat, aku gak mungkin mau temenan sama kamu" jawab Nabila aneh.

"Iya juga sih. Tapi kenapa ya, orang selalu Mandang aku ini jahat?" tanya Anggis lagi.

"Namanya manusia ya pasti begitu. pandangan mereka tentang kita gak ada yang sama. Mungkin satu orang anggap kita baik karena murah senyum, ramah, sering bantu yang lain. Tapi gak menutup kemungkinan, ada juga yang anggap kita jahat karena ekspestasi tentang kita gak sesuai sama yang mereka mau."jawab Nabila.

"Anggis, kalau kamu terus mikirin pendapat orang lain, itu sama aja cari penyakit untuk nyiksa diri. Ekspestasi mereka itu gak ada habisnya, kamu bakalan selalu dituntut ini dan itu. Jadi, gapapa kalau ada yang bilang kamu jahat atau apapun itu, abaikan aja. Lagipula gak semua orang harus suka sama kita kan?" lanjut Nabila. Kalimat yang ia lontarkan berhasil menenangkan Anggis meski tidak sepenuhnya.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang