07. Curiga✓

4.8K 338 12
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.

Hari ini, cahaya matahari begitu menusuk, seakan mampu menembus kulit mereka dan membakarnya. Semua teman kelas Nabila merasakan itu sedari tadi, bahkan hingga sekarang. Tugas dari guru seni yang mengharuskan mereka menggambar sesuatu di buku gambar, sesuai inspirasi yang mereka dapatkan dari hasil berpencar di area lapangan outdoor, tentu mengundang banyak keluhan memang, terlebih ini adalah tugas mendadak yang sama sekali tidak punya persiapan apa-apa. Jangankan untuk protes, bersuara saja mereka tidak diizinkan.

Di saat seperti ini, kita sudah bisa melihat perbedaan siswa laki-laki dan perempuan. Layaknya dua kubu yang berbeda, tim perempuan benar-benar sibuk berkeliling mencari sebuah inspirasi dan sesekali mencoret-coret buku gambar mereka. Sementara tim laki-laki, malah asik bermain bola di lapangan tanpa repot menjalankan tugas.

"Woi, woi, Paul! Oper oper!" seru Dimas mengacungkan tangan.

Paul mengoper bola tersebut, lalu menempelkan kedua telunjuknya membentuk tanda silang. "Gue keluar Dim, capek, haus juga. Kalian lanjut aja gapapa." ucap Paul dibalas anggukan serempak.

Paul berjalan menghampiri Rony yang sibuk tertidur di bawa pohon dengan buku gambar yang ia letakkan diatas wajahnya.

"WOI! tidur mulu, bangun! Di suruh nyari insipirasi malah molor" ujar Paul mengagetkan.

Rony memberi Paul lirikan tajam, saat buku gambarnya tidak lagi berada diatas wajahnya. Dosa apa yang ia lakukan sampai punya sahabat seperti ini? Menjengkelkan!

Rony merebut kembali buku gambarnya kemudian bergumam pelan, "ini lagi nyari inspirasi, makanya jangan ganggu. Lo bikin fokus gue hilang."

Paul tertawa mengejek, "inspirasi apaan, yang ada ntar buku gambar lo penuh air liur. Jadi peta Indonesia." Selorohnya. Rony tidak peduli, ia tetap melanjutkan tidurnya dengan nyaman.

Paul menghela nafas pasrah, bukan Rony emang kalau gak tidur dimana-mana. Kesehariannya benar-benar hanya diisi dengan tidur, tidur, dan tidur. Ia berharap suatu saat ada momen yang membuatnya tidak punya waktu untuk sekedar memejamkan mata. Jahat dikit gak ngaruh kan? Biar tau rasa.

"Oi!" seru Anggis yang datang bersama nabila. Paul menduga keduanya habis dari tembok samping sekolah yang dipenuhi di dedaunan hijau.

"Udah selesai belum gambarmu?" tanya Anggis setelah menarik Nabila untuk ikut duduk di depan kedua teman laki-lakinya tersebut.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang