33. Runtuh✓

2.7K 309 49
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.

Nabila menaiki tangga menuju kamarnya dengan wajah lelah. Tadinya, Paul ingin mampir, namun ia membuat alasan bahwa Salma tidak ada di rumah. Padahal ia tau kakaknya tidak bekerja.

Sampai di lantai atas, Nabila menemukan Salma yang berdiri melamun di depan kamar orang tua mereka. Matanya membulat, jangan bilang Salma masuk dan mencari berkas yang ia sembunyikan di dalam sana.

Dengan jantung berdetak kencang, Nabila mendekat.

"Kak? Kak Salma ngapain disitu?" tanyanya tenang.

"Ha? Oh! Kamu udah pulang," kaget Salma. Ia menoleh, kemudian tersenyum paksa.

"Kakak kenapa berdiri disini? Gak masuk?" tanya Nabila lagi.

Salma terdiam lama, sebelum akhirnya menggeleng.

"Tadinya kakak mau masuk, tapi gak jadi. Kakak gak mau inget tentang mereka lagi, itu cuma bakalan bikin kakak sedih," ujarnya jujur. Salma memang belum sempat masuk, karena ia merasa belum siap jika seandainya hal yang ia cari ada di dalam disana.

Ia terlalu takut.

"Kalau gitu, kakak mau keluar sebentar ya?ketemu dewa," pamit Salma.

"Oke. Titip salam sama kakak ipar," gurau Nabila.

"Apaan kakak ipar. Gak ada. Udah ah! Kamu baik-baik di rumah, jangan keluar lagi." pesan Salma dibalas acungan jempol.

Nabila tersenyum, lalu berbalik masuk ke dalam kamarnya. Sementara Salma yang berada di tangga, perlahan menoleh menatap pintu kamar adiknya yang sudah tertutup.

Tatapan wanita itu terlihat rumit, wajahnya menunjukkan bahwa ada begitu banyak hal yang ia pikirkan.

"Nabila..kakak harap kamu gak kemana-mana.." lirih Salma. Selanjutnya ia buru-buru menuruni tangga.

Diluar, ia dikagetkan oleh dewa yang baru keluar dari mobilnya.

"Loh, kenapa kesini? Saya kan udah bilang ketemu di cafe aja," ujar Salma.

"Nabila telpon saya, katanya suruh jemput kamu. Jadi karena emang udah deket sini, yaudah saya iya-in." kata Dewa menjelaskan.

Salma mendongak, menatap jendela balkon kamar adiknya yang tertutup tirai.

"Cuma perasaan saya aja, atau nabila emang—ah, tidak. Ayo pergi," ujar dewa. Ekspresinya terlihat bingung saat Salma menatapnya serius, namun tidak mengucapkan apa-apa.

Perihal luka [ Sudah Tersedia Di Shopee! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang