Stranger guy

294 59 17
                                    

Senin dan hujan adalah perpaduan yang sempurna bagi beberapa kalangan manusia. Seperti hal nya para anak sekolahan yang mungkin sebagian besar merasa sangat beruntung karena tak perlu merasakan panas dan tentunya upacara bendera. Tapi bagi sebagiannya lagi, mungkin itu adalah suatu masalah sebab mungkin mereka tak punya jas hujan, seragam dan tas nya juga akan basah, juga mungkin akan terlambat karena macetnya perjalanan di waktu hujan, atau.. mereka sengaja menerlambatkan diri?

Setiap diri manusia dan hujan pasti memiliki kenangannya sendiri. Buruk dan baiknya kenangan itu mungkin sudah hal yang seharusnya terjadi. Hujan di dalamnya tak pernah salah, yang salah adalah waktu dan keadaan.

🌧

Seorang gadis sudah berada di kelasnya sejak pukul 06:30 sebelum hujan turun. Dia bangkit dari kursinya lalu berjalan ke samping jendela bagian belakang kelasnya memandang halaman sekitar dengan hiasan rintik hujan yang jatuh membuat genangan air di bawah sana. Kelasnya masih dalam keadaan kosong, hanya dirinya sendiri. Suasana sekitarnya terasa sangat sepi, sejuk dan juga hampa. Dirinya tidak merasa takut, melainkan aman dan damai.

Rain Ayrudia, sama seperti keadaan saat ini, dirinya juga berarti hujan. Rain melihat kebelakang saat mendengar langkah kaki seseorang, ternyata sudah ada yang datang selain dirinya. Dia berbalik dan berjalan menuju koridor kelas yang sediki basah dan angin berhembus banyak. Ternyata di bawah sana sudah mulai ramai orang-orang berdatangan. Matanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya ternyata sudah pukul 07:10 masih ada waktu sekitar 20 menit lagi sebelum bell berbunyi.

Koridor yang tadinya sepi sekarang sudah mulai terisi beberapa orang. Rain masih betah berdiri di sana sembari menunggu kehadiran seseorang.

"HUJAN! Kembaran lo ngeselin banget pagi-pagi. Lihat nih rok gue udah basah." suara itu mengambil alih atensi Rain yang memandangi hujan. Itu dia orang yang sedari tadi ditunggunya. Pipit Prastiwi.

Pipit berdiri di anak tangga terakhir sambil misuh-misuh tidak jelas. Ternyata Pipit adalah salah satu orang yang tak menginginkan hujan di pagi hari. Rain menghampiri pipit yang terlihat kesal.

"tadi subuh gue udah chat lo supaya datang cepat pagi ini karna di perkiraan cuaca gue bakal hujan. Lo aja yang kebo! Pasti chat gue blom kebaca kan." Rain tak terima dia disalahkan sebab hujan hari ini.

"hehe yaudah deh gue nggak jadi marah ke hujan. Serem." Pipit masuk ke dalam kelas meninggalkan Rain di depan tangga.

Saat ingin beranjak tiba-tiba tali sepatunya lepas. Rain berjongkok mengikatnya kembali. Saat sedang fokus mengikat tali sepatunya, Rain terkejut saat sepasang sepatu berhenti di hadapannya. Rain mengangkat pandangannya. Seorang laki-laki berdiri menghadap ke arahnya sambil tersenyum. Siapa dia? Pikir Rain.
Rain berdiri dan sedikit menepuk roknya lalu kembali menatap laki-laki itu.

"cari siapa ya?." Tanya Rain langsung.

"kelas XI IPA 4. Lo tau dimana?."

"ohh, itu di sana kelas yang paling ujung." Rain menujuk keberadaan kelas si penanya tadi. Diliriknya bagian name tag laki-laki itu ternyata kosong. Dia tidak memakainya. Setelah mengatakan itu, Rain heran mengapa laki-laki itu belum beranjak dari tempatnya. Apa dia kurang jelas memberi tahu?

"ayo masuk kelas, sebentar lagi bel." Ajaknya pada Rain.

Rain mengernyit heran, sedikit berfikir kemudian memutuskan untuk melangkah bersama laki-laki asing itu. Dirinya berhenti saat sudah sampai di depan kelasnya.

"kelas gue disini, dan sebelah itu kelas lo." Jelas Rain lagi pada laki-laki itu sambil tersenyum canggung.

Laki-laki itu mengangguk. "makasih kalau gitu. Gue duluan." Belum sempat Rain berbalik badan, laki-laki itu kembali membuka suara.

"kalau nanti kita ketemu lagi jangan sungkan memberi tahu nama lo ke gue, begitupun kalau mau tahu sebaliknya. Gue bakal senang mendengar dan memberi tahu." Katanya mengahkiri perjumpaan pertama mereka hari ini.

Rain bersikap acuh dan menganggap laki-laki itu adalah orang iseng seperti anak laki-laki lainnya. Rain tak ambil pusing. Dia masuk ke dalam kelas dan mendudukkan dirinya di kursinya sebelum satu menit kemudian wali kelasnya juga ikut masuk memberi pencerahan.

"Rain, bengong mulu dari tadi kenapa sih." Pipit berbisik di telinganya.

Rain hanya tersenyum dan menggeleng. Rasanya aneh. Rain merasa deg-degan kalau-kalau nantinya dia bertemu lagi dengan laki-laki aneh tadi.

"Pit, istirahat nanti gue mau di kelas aja." Finalnya setelah berfikir cara agar tak menampakkan dirinya.

Timekasi sudah menyempatkan baca cerita ini mwehehehw

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang