antara ego dan cinta

62 13 11
                                    

🌧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧

Suara deburan ombak yang menghantam bebatuan menjadi pengiring perjalanan Asghar beserta gadis di boncengannya kala melewati sebuah jalan dengan pemandangan hamparan laut di sisi kanan dan kirinya.

Asghar sengaja memutar arah jalan pulang lebih jauh dari biasanya, dia berbohong pada Rain kalau jalan depan komplek perumahannyaa ditutup. Dia hanya ingin Rain pulang bersamanya, mengabiskan waktu lebih lama dengannya, sebab Asghar merasa cemburu ketika melihat Rain bersama laki-laki lain selain dirinya.

Keheningan mendominasi keduanya selama perjalanan. Asghar pikir Rain masih dalam mode marah padanya sejak hari itu. Tidak apa, karena Asghar tahu marahnya gadis itu ada sebabnya.

Motor yang dikendarai Asghar melaju lebih lambat, mungkin jika benda itu bisa berbicara, dia pasti akan berkata dasar lak-laki tukang modus pada tuannya.

Asghar mengintip Rain dari balik kaca sepion. Gadis itu tampak menikmati hamparan laut yang sudah tak begitu jelas rupa airnya karena hari sudah mulai gelap. Dengan helm yang hampir mentupi  jidatnya karena terlalu besar, gadis itu terlihat sangat lucu di matanya.

Rasanya sudah lama tidak seperti ini, berboncengan dengan Rain menikmati pemandangan sekitar dengan motor kesayangannya. Akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang terjadi di luar rencana, terlalu tinggi gengsi dan ego yang membekap erat diri mereka hingga terjadi kesalah pahaman.

Asghar rasa kini masalahnya sudah berangsur membaik, segala kekhawatiran dalam dirinya sudah mulai mereda. Tentang ayah yang sudah mulai pulih, tentang Metropolitannya yang baik-baik saja berkat sahabat-sahabatnya, juga tentang dirinya yang mulai tertata kembali.

"mending bawa motornya lebih cepet deh, ini udah mau hujan," nada bicara yang terdengar ketus itu membuat Asghar seketia mendongakkan pandangannya. Benar saja, kilat-kilat putih sudah tampak beberapa kali, pun juga warna awan yang berubah kemerahan.

"pegangan, gue mau ngebut." Asghar tersenyum dibaik helm nya kala tangan gadis itu mulai mencengkram erat sisi pinggangnya. Motor itu pun melaju menembus malam yang semakin terasa dingin.

Sepertinya hujan sudah tidak sabar untuk turun membasahi buminya. Air yang jatuh begitu deras membuat Asghar harus membelokkan setirnya pada sebuah toko emas yang sudah tutup. Tempat yang tidak asing lagi, karena mereka juga pernah terjebak hujan pulang sekolah kala itu.

"Rain, sorry kita harus neduh dulu," ujarnya ketika sudah berdiri di depan toko dengan mengibas-ngibas lengannya yang basah.

Gadis itu hanya mengangguk, tangannya sibuk mengeluarkan tisu dari tas kecil yang di bawanya. "muka lo basah, lap dulu," ucapnya menyerahkan beberapa lembar tisu di genggamannya.

"makasih,"

Setelah beberapa menit berteduh, di antara suara riuhnya angin dan air hujan yang turun, keduanya hanya diam dengan isi kepala yang menebak nebak pikiran masing masing. Rain yang merasa udara di sekitarnya semakin dingin pun memeluk tubuhnya dengan kedua tangan. Dia sama sekali tidak keberatan dengan hujan malam ini, malah dalam hatinya berharap hujan mereda lebih lama.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang