afternoon rain

80 38 9
                                    

Kita bisa,
Karena terbiasa.

🌧

Semilir angin sore menerbangkan helaian rambut gadis yang sembarang tadi tidak henti-hentinya tersenyum. Perasaannya sudah mulai membaik. Ini sudah kali kedua dirinya duduk di atas motor yang sama menikmati sore dengan seorang Asghar Adan Dhara.

Tadi setelah Asghar memperbolehkannya pulang bersama, dirinya merasakan laki-laki itu mulai kembali menjadi Asghar yang saat itu, yang bertanya padanya di ujung tangga. Hari ini juga sedikit berbeda, tidak ada Asghar yang meminjamkan jaketnya, karena Rain membawa benda itu sendiri.

Rain terdiam menikmati perjalanan mereka, sesekali pandangannya terjebak pada wajah Asghar yang terpantul lewat kaca spion motor itu. Laki-laki itu sangat fokus megendarai motor hingga alisnya mengerut. Rain ingin memulai obrolan, tapi bingung harus memulai dari mana.

Motor Asghar berhenti saat lampu merah. Jalanan sore hari ini sangat ramai seperti biasanya. Asghar yang bingung harus melakukan apa memilih melirik wajah gadis itu yang terlihat dari kaca spionnya. Gadis itu terlihat memainkan bibirnya membentuk beberapa ekspresi. Tanpa sadar bibirnya mengukir senyuman.

Entah apa yang membuat dirinya mengingkari janjinya pada diri sendiri untuk tidak memberikan kenyamanan lagi pada gadis yang duduk dibelakangnya saat ini.  Apakah dirinya merasa takut menyesal suatu hari? Atau hati dan pikirannya sedang berada di jalan yang sama untuk mengiyakan gadis itu? Entahlah. Tapi Asghar menyukai moment sore ini.

"Asghar, kita udah boleh bicara banyak sekarang?." Rain memajukan wajahnya ke arah telinga laki-laki itu. Kepala Asghar sedikit menoleh ke samping, matanya masih setia menatap spion.

"iya, boleh Rain."

"kenapa waktu itu nggak boleh?."

"gue lagi sakit gigi." Asghar tertawa melihat wajah Rain yang kebingungan.

"sakit gigi juga bisa merubah orang jadi jutek ternyata."

"maaf Rain, kalau lo merasa gue aneh gue minta maaf." Asghar melajukan motornya kembali saat lampu sudah berwarna hijau. Rambut gadis itu kembali berterbangan.

"makasih udah mau nganterin pulang lagi." Rain sedikit mengeraskan suaranya.

"belum sampai rumah, makasihnya belum di terima." Rain tertawa mendengarnya. Ini dia, Asghar yang dirinya kenal beberapa minggu yang lalu. Selalu memberinya senyum juga tawa. Asghar yang berhasil membuat dirinya jatuh suka.

*****

Siapa sangka langit yang tadinya jingga berubah warna seketika menjadi gelap. Angin yang semula berhembus tenang kini mulai riuh bersamaan dengan turunnya rintik demi rintik air dari atas sana lalu menderas beberapa detik setelahnya.

Asghar yang marasakan air hujan semakin lebat terpaksa menepikan motornya pada sebuah toko emas pinggir jalan yang sudah tutup. Dirinya dan gadis yang berada di boncengan turun tergesa-gesa menuju teras toko yang terlindungi seng di atasnya. Sebelum mereka, sudah ada seorang pedagang cilor dan sepasang suami istri yang sudah berteduh disana.

Teras toko yang tidak terlalu luas membuat cipratan air hujan masih bisa menyentuh kaki mereka. Rain hanya basah di bagian lengan baju dan rok bawahnya, sementara Asghar sudah basah satu bajunya. Tangan Rain mengibas sisa air yang menempel di badannya dan Asghar melakukan hal yang sama.

"Asghar, ini basah banget." Rain menatap seragam Asghar yang sudah basah hingga tembus memperlihatkan kaos hitamnya.

"pake jaket gue aja ya? Seragamnya di buka aja." Rain hendak membuka ikatan jaket yang terlilit di pinggangnya sebelum Asghar menjawab " lo aja yang pake Rain, anginnya kencang." laki-laki itu bergerak melepas seragamnya menyisakan kaos hitam yang sedikit basah.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang