are you okay?

88 35 2
                                    

Hari tersulit adalah hari setelah perpisahan.

🌧

"dia... dia mati Pit..." Rain tidak dapat lagi menahan air matanya. Pipit panik, apa yang di maksud sahabatnya ini.

"siapa Rain? Siapa yang mati?!" tangan gadis itu mengguncang bahu Rain yang menunduk. Rain tak kunjung menjawab, mau tidak mau dia merebut paksa ponsel gadis itu dan membaca isinya.

Bibirnya menipis, ternyata... Rain di tinggal pergi oleh sahabat rumahnya. Uyuy-nya…. mati.

Pipit merangkul sahabatnya, mencoba menenangkan dengan mengusap-usap bahu gadis itu. Pipit tau bagaimana rasanya di tinggal pergi hewan peliharaan yang sudah kita anggap sebagai keluarga baru.

Baginya itu tidak lebay, alay atau apapun yang menggelikan kalau menangisinya. Karena bagi mereka, rasanya lebih sakit daripada diputusin pacar. Jadi wajar saja..

Apa kalian juga sama jika menjadi Rain?.

Pipit menggandeng tangan Rain dan membawanya masuk pada angkot yang kebetulan berhenti di depan keduanya. Untungnya hanya ada dua penumpang lain dalam angkot ini, dan masih anak sekolah seperti mereka. Jadi Rain tidak perlu malu untuk kembali menangisi Uyuy nya.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk keduanya sampai di rumah Rain. Dengan terburu-buru gadis itu masuk, hal pertama yang dilihatnya adalah Dio yang sedang membersihkan kandang milik Uyuy.  Semetara hamster itu, sudah tergeletak kaku di atas lantai beralaskan kain hitam.

"MINGGIR!! SIAPA YANG SURUH LO SENTUH UYUY!!" Rain berjalan cepat lalu mendorong tubuh Dio. Hampir saja pria itu terjungkal kalau tidak berpegangan pada meja di depannya.

Rain terduduk di lantai, mengamati badan kaku sahabatnya yang kini tidak akan bergerak lagi. Dia kembali menangis kecang. Sahabat berceritanya, sahabatnya menonton drama, dan sahabatnya di kala bosan sudah tidak ada. Rain kembali sendiri lagi.

Usapan di bahunya tidak berarti apapun, saat ini dirinya hanya ingin bersedih dan marah secara bersamaan. Matanya yang basah melirik ke arah Dio yang berdiri kaku di sampingnya.

"BRENGSEK!! INI SEMUA KARENA LO!! SIAPA SURUH LO PULANG WAKTU LAGI MABUK HAH!!" Rain berdiri, tangannya dengan bebas menunjuk serta mendorong tubuh Dio ke belakang.

"Rain, tenang dulu okey,"

"NGGAK!! GUE NGGAK MAU NGOMONG SAMA LO!! LO LIAT ITU. ITU TEMEN GUE MATI GARA-GARA LO, BRENGSEK!! Rain kembali memaki pria di depannya.

Pipit yang mencoba menenangkan sahabatnya pun merasa kewalahan sekarang. Dia hanya bisa terus mengelus pundak Rain agar amarahnya sedikit mereda.

"dia cuma hamster! Nanti a'Dio beliin lebih dari itu buat kamu. Dia mati bukan karena gue! Hamster lo aja yang penyakitan." Dio merasa kesal karena Rain terus meninggikan suaranya.

"lo terlalu lebay Rain!"

Rain tertegun. Matanya yang sudah basah kini semakin deras mengeluarkan air mata. Tega sekali mulut pria itu berbicara. Uyuy bahkan lebih berharga di bandingkan Dio.

"lo... bener-bener bukan orang dewasa,"  bibirnya bergetar menahan isakan tangisnya. Langkahnya berbalik, mengambil Uyuy yang tergeletak lalu membawanya ke luar rumah.

Pipit pun sama tidak percayanya dengan apa yang dia dengar barusan. Ternyata Rain benar, Dio sangat tidak dewasa.

"Rain, mau di bawa kemana sayang," bunda datang dari arah pagar rumah, sepertinya habis membeli sesuatu.

Pipit yang berada di belakang Rain pun menunduk sopan pada bunda.

"mau di kubur, biar Rain yang urus bun, bunda urusin aja orang gila di dalam itu," ucapnya lalu meninggalkan sang bunda, disusul oleh Pipit di belakangnya.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang