new arrivals

82 41 7
                                    

semoga suka..

Hembusan angin yang lumayan kencang menerbangkan beberapa lembar kertas yang terletak di samping jendela kamar milik perempuan dengan nama lain Hujan itu. Saat ini dirinya sedang duduk di bangku meja belajarnya sambil memeluk lutut. Pikirannya berkelana mengingat beberapa potong kenangan yang tidak sengaja tercipta dan membekas dalam. Sudah setengah jam dirinya berada dalam posisi itu. Kertas-kertas yang berserakan di bawah sana adalah hasil dirinya yang mencoba menulis surat untuk seseorang. Hembusan nafas berat kembali terdengar kesekian kalinya.

Tadi sore, setelah menjenguk Asghar di rumahnya, Rain kembali di antar pulang oleh Leo. Padahal Rain sangat berharap Asghar lah yang akan mengantarnya pulang, supaya dirinya bisa sekedar berbincang singkat sekaligus meminta maaf secara langsung kepadanya. Ibunya Asghar sudah menyuruh agar dia mengantarkan Rain pulang tapi laki-laki itu menolak dengan alasan kepalanya sakit dan ingin istirahat.

Perubahan sikap Asghar yang terlalu tiba-tiba ini membuat Rain terus kepikiran di bagian mana letak kesalahannya. Karena Rain dapat merasakan sikap Asghar hanya kaku kepada dirinya hari ini. Kenapa dia kayak anak kecil sih!  Rain meninju udara di depannya. Dirinya memilih bangkit, karena badannya sudah terasa pegal. Dipungutnya kertas-kertas yang berserakan itu, lalu membuangnya ke tong sampah. Tidak jadi menulis surat hari ini.

Kakinya kembali melangkah ke arah jendela kamarnya. Rain berdiri di sana memandang langit malam yang tampak akan hujan sebentar lagi. Tangannya terulur menutup jendela beserta tirainya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 08:30 malam. Karena belum merasa ngantuk, Rain memilih keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang keluarga. Sebuah benda berbentuk balok berukuran sedang dengan besi-besi berjarak sebagai dindingnya menjadi tujuan Rain saat ini. Terlihat seekor Hamster sedang berlari-lari di dalam sana. Matanya seketika berbinar melihat hewan menggemaskan itu.

Tangan Rain terulur memberikan potongan kecil buah apel yang langsung diterima tangan kecil hewan berbulu tebal itu. Namanya Uyuy, dibelikan oleh Mbak Diah hari ini. Katanya Uyuy yang akan menjadi teman nonton Rain menggantikan Mbak Diah.

Uyuy terlihat menikmati makanannya. Setelah apel itu habis, Rain mengangkat Uyuy dan membawanya duduk di sova. Hamster itu hanya diam di telapak tangan Rain yang sedikit lebih besar dari ukuran badannya. Bulunya memiliki  tiga warna. Hitam bercampur abu-abu dan putih di bagian atas kepala dan badannya, lalu warna putih bersih di bagian kakinya.

“uyuy, kamu udah kenyang kan. Jadi sekarang kamu jadi partner ceritaku. Kamu cukup jadi pendengar yang baik aja.” Rain berbicara pada hewan itu.

“hari ini, pertama kali aku ke rumah Asghar, dan tau sedikit banyak tentang dia dari ibu. Tapi hari ini dia beda, kamu tau kenapa?.” Rain mendekatkan wajah hamster itu ke wajahnya, lalu menjauhkannya lagi. “oh iya lupa. Kamu belum kenal Asghar Adan Dhara.” Ucapnya lagi.

“sini deh aku ceritain tentang Asghar.” Rain memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman. “namanya Asghar Adan Dhara, cowok yang waktu itu ngajak aku bicara di ujung tangga. Senyumnya manis dan kadang nular juga. Dia punya bahu yang lebar, sandar able banget hehe. Mungkin dia lebih tinggi 30 senti dari aku. Suaranya bagus, candu kalau kamu udah pernah dengar. Dia mungkin juga suka kalau ketemu kamu. Eh dia suka hewan nggak ya?.” Rain menatap langit-langit rumahnya.

“nggak tau deh, nanti kalau udah baikan ditanyain. Kamu tau? Sekarang kalau aku dekat-dekat dengan Asghar rasanya jantungku mau meledak. Kata Pipit itu biasa, lagi jatuh cinta. Padahal belum jatuh cinta, masih suka aja hahaha.” Rain tertawa di tengah ceritanya dengan Uyuy.

“Rain, jangan begadang. Besok pagi kita mau jemput bunda.” Suara Mbak Diah menghentikan aksi Rain yang sedang bercerita dengan hamster. Kepalanya menoleh ke belakang, terlihatlah Mbak Diah yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang