Hembusan angin kota pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Suara klakson motor yang bersahut-sahutan seolah menjadi sebuah bomerang yang memantul dari telinga kanan dan kiri secara bergantian. Hembusan nafas juga umpatan-umpatan kecil sudah Rain dengar sejak dirinya dan Asghar terjebak macet dua puluh menit yang lalu.
Entah apa penyebab kemacetan hari ini, intinya Rain sudah bisa menebak kalau mereka berdua akan terlambat masuk sekolah.
"lima menit lagi bell, kita bakal terlambat ini mah," ucap Rain dengan gusar. Matanya tak lelah memandangi jam tangan dan jalan di depannya secara bergantian.
"pak, maaf nanya, ini sebenarnya macetnya kenapa ya?" tanya Asghar pada seorang pengendara motor di sebelahnya.
"kayaknya ada kecelakaan mas, banyak yang nontonin jadi rame gitu," jawab bapak tersebut. Tampaknya dia juga terburu-buru melihat seorang bocah dengan seragam merah putih di boncengannya.
"loh, eh, itu udah jalan ayo cepetan!" Rain menepuk pelan pundak Asghar ketika melihat seorang Polisi mulai membantu mengatur para pengendara.
Dari tempatnya sekarang, Rain dapat melihat sebuah pickup mini yang ringsek di bagian depannya karena menabrak pembatas jalan. Sungguh malang sekali.
Tapi nasibnya juga sedang malang, ketika melihat gerbang depan sekolah yang sudah tertutup rapat tanpa seorang pun disana.
Suara motor Asghar yang sedikit berisik membuat pak Tatang berjalan tergesa-gesa menghampiri keduanya di balik pagar besi yang menjulang tinggi. Raut wajahnya berubah tidak bersahabat kala melihat Rain berboncengan dengan Asghar.
"si neng kenapa bisa telat? Pasti nanti dihukum sama guru piket," ucapnya sembari membuka pagar.
"macet jalannya pak, ada kecelakaan," Asghar menjawab.
"saya gak nanya kamu."
"lah saya wakilin jawaban pacar saya."
Senyum miring Asghar tercetak jelas ketika raut wajah Pak Tatang semakin masam mendengar ucapannya.
"udah, ayo masuk aja," bisik Rain pada Asghar.
"makasih pak, semangat kerjanya!"
Motor Asghar pun mulai memasuki pekarangan sekolah. setelah ini mereka harus menemui guru piket untuk mendapat hukuman. Sebenarnya mereka bisa saja kabur, tapi Rain memaksa Asghar supaya tidak bermain curang.
Jadi disinilah mereka, berdiri berdampingan di tengah lapangan dengan sikap hormat bendera. Sinar matahari yang langsung menerpa wajah keduanya membuat keringat mulai bercucuran.
Asghar yang melihat wajah Rain sudah memerah pun seketika merasa bersalah. Andai tadi dia tidak memilih jalan itu, andai tadi dia lebih cepat membawa motornya, pasti mereka tidak akan terjebak macet dan berakhir dihukum seperti ini.
Dengan gerakan cepat, kini laki-laki itu sudah berdiri di depan Rain membelakangi gadis itu. Tubuhnya yang lebih tinggi menjadi penghalau sinar matahari dan memberi keteduhan untuk Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Hujan [END]
NouvellesSaat hujan datang dan kamu terjebak di antara derasnya, hujan memberimu dua pilihan. Berteduh atau tetap Bersamanya. ----- Jatuh Cinta milik gadis bernama Rain Ayrudia ibarat rintik hujan yang jatuh membasahi bumi. Definisi bumi menurutnya adalah s...