2nd meeting

181 52 13
                                    

Hati-hati, Hujan yang deras
Juga berawal dari gerimis.
Tapi ini bukan tentang hujan

Setelah seminggu dari kejadian Rain bertemu dengan laki-laki aneh di tangga dan memutuskan untuk tidak istirahat, Rain tak pernah lagi melihat sosok laki-laki itu di sekolahnya. Hal itu membuat Rain berfikir yang dilihatnya itu benar manusia atau bukan ya?. Rain bergidik memikirkan kalau-kalau yang di temuinya saat itu adalah hantu yang sedang menyamar.

Hari selasa ini adalah jadwal anak paduan suara latihan di ruangan musik sepulang sekolah. Rain adalah salah satu anggota padus sejak kelas sepuluh. Bell pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu tetapi Rain masih duduk di kelasnya sendirian. Pipit sudah pulang dari tadi. Rain masih menunggu Vani datang menjemputnya untuk pergi ke ruang musik bersama. Vani adalah anak IPS yang kelasnya berada di gedung B sementara kelas Rain di gedung A. Karena rung musik lebih dekat dengan kelas Rain, dengan berbaik hati Vani berkata akan selalu menjemputnya.

"Vani kenapa lama banget deh. Apa gue ke ruang musik duluan aja ya siapa tau dia lupa jemput gue". Rain bangkit dari duduknya sambil memperbaiki tas nya yang berada di punggung lalu beranjak ke luar kelas menuju ruang musik. Rain berjalan di koridor, melewati lapangan basket yang cukup ramai. Mungkin mereka berkegiatan juga hari ini. Setibanya di ruangan musik, Rain membuka pintu dan melihat sekeilingnya. Sepi. Hanya ada alat musik dan kipas angin yang masih berputar di atas.

Rain memastikan jam di tangannya, dan dia rasa dia tidak terlambat. Mungkin masih belum ada yang datang, Batin nya. Rain memutuskan duduk di salah satu kursi yang berada di bawah kipas menunggu teman-temannya sambil bersenandung kecil. Hampir setengah jam Rain menunggu, tak ada tanda-tanda teman ekskulnya akan datang. Apakah hari ini libur? Tapi kenapa tidak ada yang memberi tahunya?. Rain mendengus kemudian telinganya mendengar suara langkah kaki seseorang yang hendak datang. Dia mengamati pintu ruangan yang tertutup itu.

Krek. Gagang pintu bergerak dan pintu terbuka menampilkan wajah seseorang yang hilang dari pandangannya seminggu yang lalu. Rain terkejut dan wajahnya terlihat panik ketika laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya. Tapi ada yang aneh, laki-laki itu tidak terlihat ramah seperti pertemuan mereka sebelumnya.

"lo ngapain sendirian disini?." Katanya sambil melirik Rain.

"gue ada latihan padus hari ini. Lo sendiri ngapain? Kayaknya udah seminggu gue nggak lihat lo di sekolah." Tanpa sadar kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya. Rain memukul bibirnya pelan.

"gue cuma nanya satu kalimat dan lo balas segitunya. Khawatir banget lo sama gue?." Laki-laki itu semakin mendekat dan berdiri di hadapain Rain sekarang.

"e-enggak. Gue nggak kenal sama lo jadi kenapa gue khawatir." Sumpah Rain ingin melarikan diri sekarang juga.

"hahaha muka lo lucu banget kalau panik." Laki-laki itu tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Ganteng banget. Tanpa sadar Rain mengucapkan itu dalam hatinya. Laki-laki itu meredakan tawanya dan tersenyum. Rain melihat kembali raut wajah laki-laki itu seperti saat awal mereka bertemu. Tatapan ramah dan senyumnya yang manis.

"gue tadi abis latihan disini, dan gitar gue ketinggalan." Katanya sambil berjalan ke arah gitar berwarna hitam di pojok ruangan. "kalau gue nggak salah, tadi Miss Caca bilang anak padus libur latihan hari ini dan lo kenapa bisa nggak tahu soal itu." Dia berjalan lagi dan sekarang duduk di sebelah Rain dengan gitar di tangan kirinya.

"gue nggak dapat info apapun dari anak-anak." Rain sedikit gugup saat jari kelingking nya bersentuhan dengan kelingking milik laki-laki itu. Rain seketika berdiri membuat orang di sampingnya terkejut. "kalau gitu gue pulang deh, makasih informasinya." Rain merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dia merasa tidak bisa berlama-lama dan terlalu dekat dengan laki-laki itu.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang