little about Him

88 41 13
                                    

Suara deru mesin motor mulai memenuhi parkiran yang berada di halaman rumah milik Asghar. Kelimanya berjalan bersisihan menuju pintu depan yang sudah terbuka. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik berdiri disana sambil  memamerkan senyumnya. Ternyata beliau tidak sendiri karena setelah itu muncul anak laki-laki berbadan gempal di balik badannya. "bang opal!!." bocah laki-laki itu berlari menubruk kaki Naufal. Rain tebak meraka adalah ibu dan adik Asghar.

"assalamualaikum buk, masak apa hari ini?." Kiting menyalami wanita yang di panggil ibu itu, disusul dengan Leo, Naufal, dan Pipit lalu terakhir Rain. "ehh, ini cewek-cewek siapa ya? Ibu baru pertama kali liat deh." ucap wanita itu yang masih menggenggam tangan Rain.

"ekhem, calon mantu ibuk." Naufal menyahut dari dalam. Dirinya sudah duduk memangku cemilan di atas sova. "calon dari anak ibu yang mana? Kamu pal?." ibu kembali bertanya.

"wah kalau itu mah nopal juga mau. Tapi neng itu mau nya sama si mamas." wanita itu mengalihkan pandangannya menatap wajah Rain. "loh kamu pacarnya Adan?.” Rain yang diberikan pertanyaan seperti itu merasa gugup dan menggeleg kecil. Kalau tau begini dia akan menemui Asghar disekolah saja!.

"bukan buk, cuma temen." suara itu berasal dari laki-laki yang baru saja turun dari arah tangga. Dia Asghar. Laki-laki itu memakai kaos polos berwarna hitam dengan celana jeans yang robek di bagian lutut sebelah kiri. Tanpa sadar perkataan Asghar membuat hati rain seperti di gigit semut. Tapi semut rang-rang.

"ohh maaf ya, ibu kira beneran calon mantu ibu." ibu mengusap punggung tangan Rain dengan jempolnya. Rain tersenyum canggung. Ibu Asghar kembali menarik tangannya menuju sova lalu duduk bersebelahan. "namanya siapa kak?." ibu Asghar bertanya. "Rain tante.” bisa di bayangkan betapa gugupnya perasaan Rain saat ini, ditambah Asghar yang sesekali melirik kearahnya.

"loh jangan tante, panggil ibu aja biar sama kayak yang lain. Kalau yang ini siapa namanya?." wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah sahabat Rain. "saya Pipit tan-eh buk." Pipit terbata membuat ibu Asghar terkekeh pelan.

"belum pada makan siang kan? Sebentar ya ibu siapin dulu. Loh William tadi kemana pal?." wanita paruh baya itu bertanya pada Naufal yang asik menguyah cemilannya.

"kabur ke atas tadi." jawabnya membuat wanita itu mengangguk lalu beranjak dari duduknya menuju dapur. Rain bisa sedikit bernafas lega sekarang. Dia bangkit dan memilih duduk di sebelah Pipit. "ciee calon mantu." bisik Pipit di telinganya. Rain menyikut lengan Pipit pelan.

"jangan grogi gitu lah, anggap aja rumah sendiri. Kayak gue. Bisa ambil makan, numpang tidur, main game sepuasnya. Ya kan Ghar." Naufal mengerlingkan matanya ke arah Asghar.

"lo emang nggak punya malu." Leo membalas perkataan Naufal yang kini membelalakkan matanya.

Rain yang melihat perdebatan mereka tersenyum kecil. Matanya diam-diam melirik ke arah Asghar yang sibuk dengan handpone nya. Dahi laki-laki itu sudah bebas dari perban. Sepertinya lukanya sudah mengering.

Rain memutus pandangannya. Matanya berlaih menatap sekeiling. Bangunan rumah dua lantai ini didominasi warna putih dan coklat. Banyak foto-foto keluarga yang terpajang di dindingnya. Mata Rain tidak sengaja terpaku pada satu foto yang satu-satunya terdapat tulisan di atasnya "Calon Superstar". Terlihat seorang anak remaja laki-laki tersenyum di foto itu. Satu tangannya terangkat memegang sebuah gitar berwarna hitam. Mungkin foto itu di ambil saat dia masih SMP dilihat dari baju seragam putih biru yang di gunakannya. Rain tersenyum melihat kata Mamas Adan juga tertulis di bagian bawah foto itu.

Atensi Rain kembali teralihkan ketika ibu Asghar menghampiri mereka untuk mengajak makan bersama. Mereka semua bangkit dan berjalan menuju dapur. Saat matanya sibuk menatap sekeliling, Rain tidak sengaja menabrak bahu Asghar membuat mata keduanya otomatis saling pandang. Rain mengucap kata maaf tanpa suara dan di balas anggukan singkat Asghar. Rain merasakan atmosper yang berbeda dari Asghar kali ini. Laki-laki itu lebih banyak diam dari hari-hari mereka sebelumnya. Padahal mereka sudah tidak bertemu selama dua hari.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang