Saturday Night (1)

135 52 15
                                    

Malam ini bulan bersinar terang di atas sana. Menunjukkan bahwa malam hari adalah kepunyaan nya. Bulan tak sendiri, ia ditemani oleh ribuan bintang.

Rain sedang berbaring di atas kasurnya sambil memangku laptop yang menayangkan drama korea yang sedang viral di apliaksi toktok. Jam di dinding menunjukkan pukul 07:10. Malam ini adalah awal weekend dan itu berarti esok hari dia tidak perlu bangun pagi-pagi sekali.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.

“nak, bunda mau pamit." Suara bundanya terdengar dari luar.
Rain segera bangkit dan membuka pintu. Dilihatnya bundanya sudah rapi dengan menjinjing tas ransel besar di tangan kirinya.

Malam ini bunda akan pergi ke Jakarta untuk menghadiri acara pernikahan kakak sepupunya. Rain tidak bisa ikut karena bunda akan pergi selama satu minggu dan rain harus sekolah di hari Senin nanti.

Rain adalah anak tungggal. Ayahnya sudah meninggal sejak Rain masih kelas 4 SD. Jadi di rumah sederhana ini hanya tinggal Rain, bundanya, dan terkadang sesekali Mbak Diah asisten bunda nya di toko brownis menginap di rumah.

Iya, bunda menjual brownis hasil buatannya sendiri. Toko bunda terletak di pasar Jaya yang tidak terlalu jauh dari rumah. Penghasilan dari toko bunda itulah yang membantu perekonomian keluarga yang alhamdulillahnya lebih dari cukup.

“Rain, kamu bisa jaga diri kan selama bunda tinggal? Kamu nggak sendiri kok. Mbak Diah bakalan nginap di sini sampai bunda pulang." Bunda mengusap kepala anaknya sayang.

“bunda tenang aja, nikmatin acara bunda di sana. Rain bakalan baik-baik aja. Janji." Rain mengangkat jari kelingkingnya sebagai simbol janjinya pada sang bunda.

“yaudah bunda tinggal ya, om wayan udah nunggu di depan." Bunda mencium kening anak perempuan satu-satunya itu lalu beranjak menuju pintu utama.

Rain mengikuti bunda nya sampai di teras. Rain melihat om Wayan yang tersenyum ke arahnya dan langsung membantu bunda memasukkan barang bawaannya. Bunda dan om Wayan memasuki mobil dan siap berangkat.

“Om Wayan hati-hati ya bawa bunda, jangan sampai lecet." Kata Rain.

“tenang aja, om udah terverivikasi pengemudi ter-aman nomor satu disini." Rain tertawa mendengarnya.

“Rain, bunda pergi dulu, Assalamualaikum."

“waalaikummussalam." Rain melambai kan tangannya.

Kaca jendela di naikkan dan mobil om Wayan sudah pergi dari pekarangan rumah. Saat Rain berbalik badan tiba-tiba-

“HUAAA!" Rain hampir saja terjungkal kebelakang kalau tangannya tidak memegang tiang disampingnya.

“ASTAGA MBAK!! Rupanya Mbak Diah udah datang. Kenapa nggak kode sih, jantung Rain mau copot saking kagetnya." Rain masih dalam keadaan shock sebab melihat Mbak diah yang entah sejak kapan berada di belakangnya. Selain itu, Rain baru pertama kali melihat Mbak Diah menggerai rambut panjangnya.

“maaf Rain, mbak kira kamu tau ada mbak disini hehe." Mbak Diah menunjukkan cengirannya dan mengangkat tangan menunjukkan tanda peace.

“hufftt, yuk deh masuk udah malam nanti ada yang ngintip!” Rain menggandeng tangan Mbak Diah menariknya masuk ke dalam rumah. Sebelum itu sudah pasti mereka mengunci pintu dengan rapat.

*****

Sehari setelah bunda pergi ke Jakarta, pagi hari Rain terasa sedikit sepi. Biasanya bundanya akan memanggil-manggil namanya untuk bangun dan sarapan walaupun di hari libur juga. Tidak ada yang namanya bangun siang dalam kamus bunda. Walaupun ini bukan kali pertama Rain di tinggal bunda, tapi tetap saja ia belum terbiasa.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang