Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah!!.
Tahun ini kalian pada kurban apaa? Kambing? Sapi? Korban perasaan atau korban LDR? Atau bisa jadi korban friendzone?🗣 bang udah bang. heheheh
Selamat hari kamis,
Selamat membaca Cerita Hujan kembali♡🌧
Level tertinggi dari mencintai
Adalah mengikhlaskan.
.
.Sepasang kaki sudah hampir berkali-kali melangkah di depan pintu kamar seseorang. Dia berhenti, kemudian berjalan lagi. Hembusan nafas berat juga sudah berulang kali keluar dari mulutnya. Kalau gini kapan ngomognya bego. Batinnya.
Kakinya kembali melangkah, kini dia sudah mantap untuk mengetuk pintu itu. Tangannya terangkat. Belum sempat terketuk, pintu itu tiba-tiba terbuka.
Sepasang mata terlihat terkejut dengan kehadirannya. Tangan yang tadinya mengudara, turun perlahan dengan perasaan gugup. Dia menampilkan senyum kakunya.
“mau apa?” Dio menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gadis yang masih memakai piyama tidurnya itu menatapnya tidak minat.
“boleh ngobrol bentar?” tanyanya ragu. Rain menatapnya lamat, kemudian mengangguk sebagai jawaban. Dio tidak menyangka Rain menyetujui ajakannya. Pasalnya sudah empat hari gadis itu mengibarkan bendera perang dingin padanya. Apakah perang ini akhirnya berakhir?.
“sambil makan bubur ayam di depan komplek mau nggak?”
“boleh. a’Dio bayarin,” jawabnya.
Sepertinya perkataan gadis itu berpengaruh besar pada senyumnya yang mengembang sempurna saat ini.“yaudah kalau gitu a’Dio ambil kunci motor dul-
“jalan kaki aja,” potong Rain cepat. Hanya kedepan komplek, tidak perlu mengotor-ngotori udara pagi, pikirnya. Baiklah, Dio mengalah.
Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya mereka berdua sampai di depan gerobak penjual bubur ayam. Dio memesan, sementara Rain memilih duduk di kursi sembari mengamati tempat sekitarnya. Tidak lama, Dio juga ikut duduk. Sungguh, rasanya sangat canggung saat ini.
“makasih pak,” ucap Dio mengambil alih dua mangkuk bubur ayam dari tangan si penjual. Tangannya terulur memberikan satu mankuknya pada Rain.
“kamu tim bubur di aduk atau nggak Rain?” ucapnya basa-basi.
“dua-duanya. Sesuai mood,” jawab Rain singkat. Tangannya kini mengaduk bubur dan topingnya menjadi satu. Rain tidak berbohong. Masalah makan bubur ayam dia memang berada di kedua tim. Terkadang ingin di aduk, dan terkadang tidak. Suka-suka dia saja.
Dio mengangguk, mencoba memahami maksud gadis itu. Semenjak dirinya tinggal bersama tante Mira-bundanya Rain, bisa dikatakan Dio jarang sekali mengobrol hanya berdua dengan Rain. Pasti selalu ada tante Mira di antara keduanya. Lalu semakin jarang sejak dirinya membuat keributan malam itu, yang masih di sesalinya sampai saat ini.
“mau ngobrol soal apa?” tanya Rain dengan mulut yang masih mengunyah bubur ayamnya.
“a’Dio minta maaf soal kejadian hari itu," Dio memangku mangkuk berisi bubur ayamnya. "Bener kata kamu Rain, aku belum dewasa. Dari ucapan, tingkah laku, emosi, semuanya jauh dari kata dewasa. Dan bodohnya aku baru sadar,” Dio terkekeh hambar.
Rain hanya terdiam, otaknya seolah tidak berfungsi untuk merangkai jawaban saat ini.
“hari ini aku pulang ke Jakarta Rain. Jadi sebelum pergi aku mau minta maaf dulu sama kamu,” ucapannya barusan membuat gadis di sebelahnya menatapnya terkejut. Dio terseyum. “kayaknya gue terlalu menyusahkan kalau harus lama-lama disini. Kamu juga nggak nyaman kan kalau ada a'Dio?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Hujan [END]
Короткий рассказSaat hujan datang dan kamu terjebak di antara derasnya, hujan memberimu dua pilihan. Berteduh atau tetap Bersamanya. ----- Jatuh Cinta milik gadis bernama Rain Ayrudia ibarat rintik hujan yang jatuh membasahi bumi. Definisi bumi menurutnya adalah s...