pukul 06:30

70 33 1
                                    

Selamat hari kamis maniezz..
Selamat membaca cerita ku kembali..

🌧

Hari ini, mungkin bisa dicatat dalam salah satu hal yang bersejarah dalam masa sekolahnya. Hari ini, untuk pertama kalinya Asghar Adan Dhara menginjakkan kakinya di sekolah saat jam masih menunjukkan pukul 06:30 pagi. Motor CB nya sudah terparkir rapi di barisan terdepan parkiran sekolah yang masih terisi beberapa. Hawa sejuk dan wangi pagi mendominasi indra penciumannya saat kakinya melangkah meyusuri koridor. Bibir nya terangkat saat dirinya mengingat wajah ibunya dan Bik Jinah yang terkejut melihat dia yang sudah rapi satu jam lebih awal dari biasanya.

Kakinya terus melangah sambil sesekali suaranya menyapa orang yang dikenal. Bibirnya mengukir senyuman, tapi tidak dengan hatinya yang gelisah sejak semalam.

Sore itu, saat Rain tau kalau dirinya berbohong tentang alerginya, gadis itu berubah menjadi irit bicara dan tidak mau melihat wajahnya membuat Asghar merasa bingung. Asghar berbohong karena dia tidak tega melihat wajah ceria gadis itu berubah menjadi sedih karena tau bahwa dirinya alergi dengan teman sekaligus hewan peliharaannya itu. Alasan Asghar berangkat sepagi ini adalah untuk berbicara dengan Rain.

Asghar melangkah masuk kedalam kelas yang sudah terisi beberapa orang. Bukan, ini bukan kelasnya melainkan kelas gadis itu. Tanpa perduli dengan tatapan heran orang-orang di sekitarnya, Asghar mendudukkan dirinya di kursi tempat duduk Rain. Tangannya terulur mengeluarkan handpone dan earphone nya sekaligus. Dia akan menunggu Rain disini sambil mendengarkan beberapa lagu dari playlist nya. 

Sudah setengah jam, tapi gadis itu belum juga muncul di penglihatannya. Kelas yang tadinya sepi kini tempat duduknya hampir terisi penuh. Mungkin sebentar lagi, pikirnya. Matanya kembali memejam.

BRAKK!! Suara gebrakan meja di sebelahnya hampir membuatnya terjungkal. Asghar memegangi jantungnya yang sakit akibat terlalu kaget. Matanya menajam menatap seorang gadis yang kini berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang.

“HEH!! Lo ngapain duduk di situ? Pikun lo sampe lupa dimana kelas sendiri?.” Pipit menyerang Asghar dengan pertanyaannya.

“Rain mana? Nggak pergi bareng lo?.” Bukannya menjawab Asghar malah balik bertanya. Tangannya tergerak untuk melihat jam di handpone nya. Dua puluh menit lagi bell akan berbunyi tapi gadis itu belum juga datang.

“lah Rain belum datang? Kok tumben? Nggak biasa banget tu anak.” Pipit mendudukkan dirinya dengan terburu-buru. Diraihnya ponsel yang berada di saku roknya lalu mencari nomor Rain, kemudian mendialnya. Tidak terjawab, sepertinya ponsel gadis itu dimatikan. Pipit kembali mencobanya berulang kali dengan raut wajah yang panik.

“boleh gue minta nomornya? Biar gue bantu telpon. Lo jangan panik, siapa tau dia ketiduran di rumah.” Asghar membantu menenangkan Pipit dengan kata-katanya. Tangannya mulai mengetikkan angka-angka yang tertera di ponsel Pipit. Asghar juga mencoba mendial nomor itu, tapi di balas oleh suara operator. Ponsel Rain tidak aktif.

Suara bell yang nyaring membuat Asghar mau tidak mau harus beranjak dari duduknya. "thank’s Pit, nanti biar gue yang hubungin dia lagi.” Ucapnya kemudian berjalan keluar kelas menuju kelasnya.

“tadi kata ibuk, lo udah pergi dari setengah jam yang lalu. Kenapa sekarang baru sampe?!.” Naufal langsung bersuara saat Asghar baru mendudukkan dirinya di kursi.

“ada urusan.” Jawabnya singkat.

“bau- bau pendosa. Lo tambah jelek kalau bohong.” Kiting bersuara dari arah belakangnya. Kini Asghar merasa terpojokkan dengan tatapan mengintimidasi teman-temannya. Dirinya mendengus kasar.

“gue nungguin Rain di kelasnya dari setengah tujuh.” Ucapnya. Sebelum mendengar ocehan teman-temannya, Asghar memiih menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan lengan yang mengapit kedua telinganya.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang