just a hug

68 14 14
                                    

Haii Good People☺
Aku kembali membawa anak-anak ku yang lucuu!!
Happy Reading💐
.
.
🌧

Rain berusaha menyamakan langkahnya dengan ketiga inti Metropolitan yang memiliki langkah kaki lebih lebar di bandingkan dirinya. Tatapan matanya menyebar ke seluruh arah. Rasa khawatir bercampur takut menjadi satu dalam dirinya saat ini.

Sejak Asghar meninggalkan panggung dengan tidak baik-baik saja semalam, Rain pun tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Ditambah lagi ponsel Asghar tidak bisa dihubungi membuat rasa khawatirnya semakin berlipat ganda.

Tadi pagi Leo menelponnya, laki-laki itu berkata kalau Asghar tengah berada di rumah sakit karena ayahnya kecelakaan semalam. Tanpa berpikir panjang Rain pun meminta untuk ikut membesuk ayah Asghar hari ini.

Leo mengetuk pintu berwarna putih di depannya sebanyak tiga kali, lalu melangkah masuk diikuti ketiganya. Senyum lembut dari ibu Asghar menyambut kedatangan mereka.

"assalamualaikum ibu," tangan Rain terulur menyalami tangan putih nan lembut wanita di hadapannya.

"waalaikumussalam cantik," balasnya seraya menarik Rain dalam pelukan hangatnya. Tangan Rain tergerak membalas pelukan tersebut. Sangat kentara sekali bahwa beliau sedang butuh banyak dukungan dan semangat.

"ayah gimana bu? Gak ada luka yang serius kan?" Naufal mendekat ke arah brangkar tempat ayah Asghar terbaring.

"ayah belum siuman juga bu? Kata dokter apa?" kini Kiting yang bertanya dengan raut wajah seriusnya.

Bu Laras melepas pelukannya dengan Rain. Tangannya merangkul pundak gadis itu lalu mengajaknya mendekat ke arah Naufal dan Kiting. Dari sini Rain dapat melihat jelas wajah pria itu. Kepala yang di perban dengan beberapa luka keci di bagian tulang pipinya. Wajahnya sangat mirip dengan Asghar. Bedanya hanya pada alis, Asghar memiliki alis yang lebih tebal di bandingkan ayahnya.

"kata dokter ayah baik-baik aja, tinggal nunggu dia siuman."

"syukur kalau gitu. Sebentar lagi pasti ayah bangun kok bu, Kiting yakin. Soalnya Ayah paling gak bisa liat orang-orang di sekitarnya sedih begini," ucapnya menguatkan. Berharap bisa sedikit mengobati rasa khawatir berlebihan dari ibu sahabatnya ini.

Rain tidak melihat adanya kecanggungan di antara mereka. Semua orang seakan saling merangkul seperti sebuah keluarga. Padahal sama sekali tidak ada hubungan darah di antaranya. Asghar sangat beruntung memiliki orang-orang seperti mereka disisinya. Ngomong-ngomong soal Asghar, dimana laki-laki itu sekarang?

"duhh, mas Adan kemana ya bu? Dari tadi gak balik-balik, belum makan juga mas Adan dari semalem," Bik Jin tiba-tiba bersuara. Sebelah tangannya menggandeng tangan bocah kecil yang Rain tahu itu adalah iam, adiknya Asghar.

"lagi nyebat itu mah," bisik Naufal pada Leo.

"Asgharnya emang kemana bu?" tanya Rain cepat. Pasalnya Rain sangat ingin melihat wajah Asghar secepatnya.

"tadi bilangnya mau beliin makanan ke kantin nduk, tapi belum balik sampai sekarang," Bik Jin menjelaskan.

"ayo kalau lo mau ikut gue nyari Asghar, Rain." Leo menatapnya seolah tau isi pikirannya. Rain mengangguk sebagai jawaban.

Leo mengajaknya pada sebuah taman terbuka yang tidak terlalu jauh dari kamar inap ayah Asghar. Tidak terlalu ramai karena saat ini masih pukul sepuluh pagi.

Rain mengedarkan pandangannya, dari kejauhan dia dapat melihat punggung seseorang yang sudah tak asing lagi di matanya. Dahinya mengernyit saat tiba-tiba terlihat hembusan asap dari tempat laki-laki itu duduk. Asghar ... merokok?

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang