crazy game

85 35 3
                                    

Selamat membaca♥

🌧

Rain dan Pipit berjalan bersisihan melewati koridor yang ramai dengan lalu lalang manusia dan suara berisik yang mendominasi. Tangan kanan Rain di apit oleh lengan Pipit, sementara tangan kirinya membawa kotak bekal berwarna biru, berisi browneis yang bundanya berikan padanya tadi pagi.

Makan bareng temen-temen kamu ya, jangan lupa, Pipit sama Asghar harus kebagian!. pesan bundanya sebelum dirinya berangkat ke sekolah tadi pagi.

Rain tertawa saat Pipit mulai mengomentari apapun yang dilihatnya sepanjang jalan menuju kantin ini. Sahabatnya itu memang tidak bisa diam barang sekali saja. Bisa sih.... kalau lagi tidur.

Mata Rain mengelilingi kantin yang riuh ramai, lalu tersenyum saat sebuah tangan melambai ke arahnya. Itu Asghar!. Laki-laki itu sudah duduk di sebuah meja pojok kantin dengan ketiga temannya disana. Tadi Rain sempat mengirimkannya pesan, kalau istirahat nanti dirinya ingin memberikan sesuatu pada mereka.

"minggir lu, udah ada yang punya itu kursi sebelahnya," ucap Naufal pada Kiting yang duduk tepat di samping Asghar. Pandangannya terlihat bingung, tapi mengangguk paham saat matanya melihat ke arah Rain yang berjalan mendekat.

"loh kok pindah?" tanya Rain pada Kiting yang beranjak dari duduknya.

"nggak papa, itu udah khusus buat lo." jawabnya dengan cengiran. Rain jadi merasa tidak enak. Eh, tapi berterima kasih juga sih hehe.

Rain mendudukkan dirinya di tempat duduk Kiting sebelumnya. Lalu dua kursi di depannya diisi oleh Pipit dan Naufal, sementara satu kursi di samping kanan dan kiri meja diduduki oleh Kiting dan Leo.

"jadi, tadi pagi bunda bawain brownies," Rain membuka tutup kotak bekalnya. Terlihatlah potongan-potongan brownies berwarna hitam di dalamnya. "nih, cobain ya, kalau enak harus order di toko bunda!"

"duh jadi enak nih," Naufal menampilkan cengirannya lalu tanganya mengambil sepotong brownis itu, disusul dengan yang lain.

"thanks Rain, enak. Nanti gue mampir ke toko bunda lo," Rain terkekeh, padahal dia cuma bercanda, tapi ekspresi Leo sangat serius saat mengatakannya.

"ekhem, udah Le jangan lama-lama liatnya. Mata temen lo tuh mau copot," kata Kiting melirik ke arah Asghar. Leo berdecih, "bodo amat." sambungnya.

Rain tersenyum, fokusnya saat ini jatuh pada sahabatnya yang sejak tadi diam-diam mecuri pandang pada laki-laki di sebelahnya. Ini aneh, tidak biasanya Pipit seperti itu. Pikirannya mulai menerka-nerka isi pikiran gadis itu.

"muka si Pipit ada apanya di liatin terus?" Rain terkejut saat mendengar suara Asghar yang begitu dekat di telinganya. Kepalanya menoleh. Lalu bibirnya tersenyum gemas saat tak sengaja melihat sudut bibir Asghar yang terdapat remahan brownies.

"makan yang bener, udah besar tapi masih belepotan," telunjuk Rain tergerak megusap sudut bibir Asghar membuat detak jantung keduanya seakan tersengat listrik. Ajaib sekali.

Kiting melebarkan matanya, baru kali ini seorang gadis dengan bebas menyentuh wajah Asghar dan di perbolehkan oleh sang pemilik wajah. "ck! Kalau gue jadi lo udah gue hak patenkan Ghar," ucapnya kemudian.

"Apa perlu kita cuci otaknya tujuh kali biar sadar?" Naufal ikut gemas melihat sahabatnya.

"lo pikir gue najis?!" Asghar mendengus, teman-temannya ini paling bisa mempermalukan dirinya.

"Pit! Tumben banget diem aja? Sariawan lo?" ternyata bukan hanya Rain, melainkan Kiting juga merasakan perbedaan Pipit.

"belum ganti baterai mungkin, atau lagi nyamar jadi cewek kalem?" Naufal tertawa mengejek ke pada Pipit.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang