pertemuan tidak menyenangkan

80 37 11
                                    


Selamat membaca, semoga suka..

🌧

Malam minggu adalah malamnya anak muda. Begitulah kira-kira kata pepatah. Tapi apakah hanya anak muda saja yang menguasai malam itu? Tentu tidak. Sebenarnya malam masih berjalan seperti biasa, hanya saja lebih di dominasi oleh remaja yang melepas penatnya.

Seperti Metropolitan saat ini, malam minggu mereka pasti tidak jauh dari kata manggung dan juga nongkrong. Kali ini mereka sedang mengisi live musik di salah satu kafe terkenal di kota saat itu. Sebelum tampil biasanya Asghar dan ketiga temannya akan mengobrol ringan layaknya pegunjung biasa, tak lupa memanjakan mulut mereka dengan sebatang rokok terlebih dahulu. Sembari menunggu kafe ramai pengunjung, begitulah kira-kira.

"gue liat-liat ada yang lagi pdkt nih." Kiting melirik laki-laki yang kini fokus menghisap rokoknya.

"katanya kemarin "wahh udah gila lo semua" tapi sekarang kemana-mana hampir berdua." Naufal ikut menambahi. Hitung-hitung menggoda temannya karena menjilat ludahnya sendiri.

Asap dari mulutnya ikut berhembus bersama kekehannya. Asghar tau, teman-temannya saat ini sedang mengejek dirinya. Hubungannya dan Rain seminggu ini memang sudah sangat membaik. Asghar dengan segala Acts of service dan physical touch yang menjadi kebiasaan nya semakin sering di perlihatkan kepada Rain yang menyukai love language tersebut.

Rain yang memang memiliki sifat perhatian pun tidak lupa di berikan secara suka rela kepada Asghar. Siapapun yang melihat mereka pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih. Asghar yang membiarkan itu semua terjadi, dan Rain yang makin jatuh suka pada sosoknya. Tidak ada nama dalam hubungan ini. Keduanya membiarkan hal itu mengalir begitu saja.

"gue senang punya teman yang pengertian, dan gue juga nyaman dengan hubungan sekarang ini. Gue belum ada niatan PDKT." Asghar mengendikkan bahunya.

"jemuran aja kalau digantung terus bakal hilang, apalagi anak orang Ghar. Kalau hilang nanti susah balik lagi." Naufal menatap Asghar penuh arti. Dia tau kalau Asghar adalah laki-laki yang tidak begitu tertarik dengan percintaan.

Asghar mengangguk. Dirinya sangat paham itu. Tapi masih terlalu dini untuk memulai sebuah hubungan, pikirnya. Mungkin bisa sedikit lama seperti ini, membiarkan keduanya saling mengenal dan terbiasa.

"lima belas menit lagi. Puas-puasin nyebat lo semua." Leo yang sedari tadi menjadi pendengar akhirnya bersuara. Lima belas menit lagi, mereka akan mulai pertunjukan malam ini.

*****

Motor besar berwarna hitam itu melaju menembus dinginnya malam. Di boncengannya sudah ada perempuan yang sedari tadi bersenandung senang. Dio ikut menyunggingkan senyumnya saat melihat raut wajah gadis itu. Seminggu ini dirinya sibuk membujuk Rain agar mau menemaninya jalan-jalan di kota ini, dan malam ini Rain akhirnya menyetujui ajakannya.

"a'Dio kita ke alun-alun dulu yuk. Habis itu kita ke kafe yang a'Dio bilang tadi." Rain mengeraskan suaranya. Terlihat Dio mengangguk dari balik helm nya.

Rain tidak terpaksa pergi dengan Dio malam ini, dirinya memang sedang suntuk di rumah dan sahabatnya sedang ada urusan untuk di ajak bermalam minggu.  Jadi tidak apa-apa untuk menemani sepupunya malam ini.

Baru setengah jam di perjalanan, pinggangnya sudah terasa pegal. Sepertinya dia tidak cocok naik motor mahal seperti ini. Bayangkan saja tempat duduknya yang tinggi membuat Rain harus tegap selama perjalanan. Jika tidak badannya bisa bersentuhan langsung dengan punggung Dio, dan dia sangat tidak ingin itu terjadi. Jika dipikir-pikir, motor Asghar dua kali lipat lebih nyaman ditambah dengan orangnya. Sedang apa Asghar sekarang?. Pikiran itu terlintas tiba-tiba.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang