weird feeling (2)

87 44 8
                                    

Rain sudah berdiri di depan pintu bercat putih yang di atasnya terdapat tulisan UKS. Tangannya mengelap kasar matanya yang masih sedikit basah. Rain sedikit ragu, bagaimana jika Asghar tidak ingin di ganggu olehnya?.

"ah bodo amat lah! Kalau dia nggak mau ya tinggal keluar." Rain berbicara pada dirinya sendiri.

Rain memegang knop pintu. Diputar dan di dorongnya pintu tersebut hingga terlihatlah beberapa brangkar tempat tidur dengan tirai yang menutupinya.

Rain melangkahkan kakinya ke dalam. Ruangan bercat putih yang tidak terlalu lebar itu terasa dingin karena menggunakan AC. Rain sedikit mengintip di balik tirai-tirai yang menutupi mencari keberadaan Asghar.

Sampai ketika Rain mendengar suara seseorang yang tidak asing di telinganya. Tapi tunggu, suara itu tidak sendiri. Seperti sedang mengobrol dengan...perempuan?. Rain berjalan perlahan ke arah suara itu berasal. Sepertinya di brangkar bagian ujung yang terletak di dekat jendela.

Tap! Sepatu Rain berhenti tepat di depan brangkar itu. Rain menyingkap pelan tirai yang menutupinya. Krekk. Ada yg patah tapi bukan ranting.

Rain melihat Asghar terbaring di atas brangkar, jidatnya juga sudah tertempel perban, lalu matanya beralih pada seorang perempuan yang duduk di kursi sebelah brangkar. Tapi, tangan perempuan itu terlihat di matanya sedang mengelus rambut Asghar. Rain seperti sedang menciduk orang pacaran.

Asghar terkejut dan langsung bangkit dari tidurnya. Perempuan tadi juga ikut terkejut singkat. Rain tak berkutik, dia bingung harus berkata apa sekarang.

"Rain! Kok ada di sini?." tanya Asghar. Wajahnya masih terlihat kaget.

"kamu kenal dia Asghar?."

Apa tadi? Kamu? Perempuan itu memanggil Asghar dengan sebutan KAMU?

"Iya, dia temen gue. Sini Rain kenalan dulu." Asghar menepuk-nepuk bagian kasurnya.

"e-eh iya." Rain mendekat lalu mengulurkan tangannya. "Gue Rain Ayrudia. XI MIPA 5." Tak ada pilihan lain selain dirinya menerima tawaran Asghar untuk berkenalan dengan perempuan itu.

"aku Airin, sekelas sama Asghar. Tapi nggak pernah lihat kamu, padahal kelas kita sebelahan." balas perempuan itu yang terlihat sok ramah dimata Rain.

"maaf ya gue ganggu waktu kalian, kalau gitu gue duluan deh." Rain tersenyum canggung ke arah Asghar, dirinya hendak berbalik. Tapi sebelum itu, pergelangan tangannya lebih dulu di cekal oleh Asghar.

"Airin, makasih udah bantuin gue pasang perban. Boleh tolong bilangin ke Naufal bawain tas gue ke sini?." yang di tanya seperti memasang ekspresi eggan beranjak dari duduknya.

"biar gue aja." Rain hendak menarik tangannya tapi pegangan Asghar sangat kuat.

"y-yaudah biar aku aja gak papa." Airin berdiri dan terlihat sedikit kesal dengan kehadiran Rain. Dirinya jadi merasa tidak enak.

Selepas kepergian Airin, Asghar membawa tangan Rain untuk duduk di kursi yang diduduki perempuan tadi. Asghar mengamati wajah Rain sedang menatap perban di dahinya. Bulu mata gadis itu terlihat basah, hidungnya juga sedikit memerah. Apa dia habis nangis?. Pikir Asghar.

"Rain, lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa ke UKS? Lo sakit?." Rain menatap mata hitam lawan bicaranya. 

"emm gue tadi nyari Pipit, gue kira dia ada di sini." Rain berbohong. Tidak mungkin dia mengatakan kalau mengkhawatirkan Asghar.

"nggak ada siapa-siapa di sini selain gue."

"sama Airin?." Rain sedikit ketus saat mengatakannya. "harusnya gue yang lo suruh pergi bukan dia, gue ganggu lo lagi pacaran." Rain menunduk memainkan jarinya.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang