twilight at that time

108 46 10
                                    

Hujan itu turun, bukan jatuh
Yang jatuh itu aku, dihatimu.

happy reading..

Hari ini sudah Senin lagi. Asghar bersama dengan ketiga temannya sudah berada di dalam kelas. Hari ini dan seminggu kedepan mereka tidak ada jadwal manggung.

Asghar duduk bersama dengan Leo. Dibelakang mereka ada Naufal dan kiting. Sejak tadi hujan mengguyur kota tiada henti. Membuat siapapun ingin tetap bermalas malasan di rumah termasuk keempat inti Metropolitan ini.

Kiting sudah menguap banyak sejak tadi. Katanya dia begadang demi menonton siaran ulang konser girl grup kpop kesukaannya. Twice.

Naufal sudah pergi mengapeli Nara di bangkunya yang terletak di depan. Nara adalah ketua ekskul cheerleader di sekolah. Badannya ramping dan juga wajahnya cantik. Nara bilang dia tidak suka Naufal secara terang-terangan saat pernah di ajak pacaran. Tapi Naufal tidak putus asa. Dia tetap mendekati Nara walaupun Nara sangat merasa frustasi di dekatnya.

Seperti saat ini. Asghar melihat Naufal yang beberapa kali di timpuk buku paket oleh Nara yang merasa terganggu karena Naufal selalu menanyakan apa yang Nara sedang kerjakan. Asghar hanya bisa menggeleng kan kepalanya.

Asghar menoleh ke samping dimana terdapat seorang laki-laki yang sedari tadi memejamkan matanya. Telinganya tersumbat dengan earphone. Leo berdecak saat Asghar menoel lengannya. Dia tidak ingin di ganggu.

Asghar bosan saat ini. Kiting yang selalu menggangunya sedang tertidur nyenyak. Dia tidak tega mengganggu. Asghar memilih membuka handphone nya. Membuka aplikasi WhatsApp dan mendapati pesannya yang belum terbalas dari nomor yang tidak dikenal waktu itu.

iya hujan. Ini siapa?. Asghar menjawab demikian. Mungkin cuma orang iseng. Batinnya.

Masih ada sepuluh menit lagi sebelum bell masuk berbunyi. Asghar memutuskan keluar kelas mencari udara segar. Asghar berencan melewati koridor menuju tangga. Itu berarti dirinya akan melewati kelas Rain. Perempuan yang membuatnya sedikit salah tingkah karena peluknya.

Saat tiba di depan kelasnya Asghar melihat perempuan itu sedang memandangi hujan dengan senyumnya. Asghar memilih mendekat.

Rain yang sedang berdiri di meja depan dekat dengan pintu pun terkejut saat dirinya melihat Asghar. Kalau langsung kabur, ketahuan kalau Rain sedang menghindari Asghar. Jadi dia memilih berdiri kaku sambil memasang wajah pura-pura tidak tahu.

"semenawan apa sih hujan sampai buat lo senyum-senyum gitu." Asghar mendaratkan lengannya di pintu. Wajahnya ia fokuskan menatap perempuan di depannya.

Rain yang di tatap demikian hanya bisa mematung di tempat. Jantungnya kembali bereaksi berlebihan. Rain tidak berani membalas tatapan Asghar.

"yahh malah diem. Gue nggak punya teman bicara di kelas, disini pun gue di kacangin."

"gue suka aja liatnya Asghar." Rain menjawab seperlunya.

"ohh gituu." dirinya mengangguk. Asghar tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat perempuan itu banyak bicara.

"gue mau minta bayaran malam itu." Asghar tersenyum kemenangan saat dilihat Rain memasang wajah terkejutnya.

"lo nggak ikhlas ya nganterin gue." Rain menatap asghar.

"ikhlas lahir batin Rain, tapi di dunia ini nggak ada yang gratis." Asghar menampilkan senyuman andalannya.

"yaudah lo mau berapa dari gue, tpi jangan banyak-banyak ya duit gue takut nggak cukup".

"bhahahha lo masih berpikir gue mau di bayar pake duit? Gue nggak butuh duit lo."

Rain menatap  Asghar malas. Mau apa lagi dia? Batin Rain.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang