Versi Mini

1.5K 252 81
                                    

The Kevik baru tutup lima belas menit lalu tapi Malvi belum beranjak untuk pulang. Seperti malam minggu pada umumnya, suasana masih cukup ramai di luar kafe. Jika saja hidangan The Kevik masih bersisa, barangkali kafe ini bisa ikut buka memeriahkan suasana. Apalagi saat ini Malvi masih bersama band yang setia manggung di setiap malam, One Way (tapi tanpa Sagan).

One Way awalnya hanya digawangi dua orang. Kayas sebagai drummer dan Sagan sebagai gitaris sekaligus vokalis. One Way sudah terbentuk sejak keduanya masuk kuliah. Meskipun ujung-ujungnya Kayas dan Sagan DO, band ini tetap berjalan.

Sekarang One Way sudah menambah personil menjadi empat. Sebenarnya tidak perlu-perlu amat, tapi saat itu, salah satu personil tambahan memelas parah. Bilang kalau ayahnya kawin lagi, ibunya sakit parah, dan ia bungsu dari lima bersaudara yang isinya cewek semua. Kayas yang tidak tegaan akhirnya setuju. Sagan juga tidak protes. Tapi sebagai gantinya, ia juga membawa satu personil lain.

"Mbak, lu balik sama siapa nanti?" Mylo, cowok kurus yang berperan sebagai bassist bertanya pada Malvi. Sudah hampir setahun dia lulus sarjana, tapi belum kunjung dapat pekerjaan. Cuma ngeband dengan One Way satu-satunya pelipur kebosanan.

"Dijemput Pak Budi, Myl."

Cowok kurus itu mengangguk-angguk lalu bertanya pada Kayas yang asyik memainkan ponsel, "Bang Kay gimana?"

"Gue aman, mau ketemu anak teater habis ini." Lelaki berambut gondrong itu lantas menambahkan. "Lo kalau mau basa-basi mending langsung ke si Chelsea. Sudah nunggu ditanya banget, tuh."

Malvi menahan senyum melihat gadis paling muda di antara mereka memberikan tinju terangkat. Raut cewek yang memegang posisi vokalis itu merengut. Alisnya memusat ke jidat sementara dengusan hidungnya mirip banteng matador.

"Sorry, kali ini nggak sudi!" kata cewek itu cepat. "Pacar si Susu Milo ribet. Baru nganter pulang sekali saja Chelsea sudah dikira pelakor."

"Kok, bisa?" tanya Kayas, mewakili kekepoan Malvi.

"Bayangin, pagi-pagi pas buka hape, Chelsea langsung dapat serbuan chat dari nomor asing. Kamu siapanya Mylo? Kok, bisa pulang bareng? Searah apa gimana? Emang nggak bisa ojek online? Ngeri banget pokoknya."

Kayas terkikik, Malvi geleng-geleng kepala, sementara pihak yang bersangkutan nyengir salah tingkah.

"Cewek gue nggak sejahat itu, Chel," Mylo berkilah. "Yang kemarin memang salah gue, nggak bilang dulu ke doi. "

"Lah, dia rangkap jabatan jadi RT? Ampe lo mesti lapor 24 jam."

Kayas dan Malvi makin terkekeh.

"Pokoknya, bagi Chelsea, neror orang nggak dikenal dengan segudang pertanyaan nunjukin dia bukan orang baik. Mending lo putusin dia sebelum menyesal. Iya nggak, Bang Kay?"

"Wah, bukan ranah gue kalau itu," kata Kayas seraya angkat tangan. "Ini judulnya si Mylo cuma mau mastiin kita pulang dengan selamat seperti biasa, loh, Chel. Kenapa jadi bahas putus ini-itu?"

"Habisnya Chelsea masih gedek," sahut gadis sipit itu sambil mengepalkan kedua tangan. "Apapun yang terjadi Chelsea ogah pulang bareng si Susu Milo!"

Malvi kemudian menambahkan, "Kalau gitu balik sama aku saja gimana?"

"Wah, mantap kalau begitu." Chelsea mengangkat kedua jempol. "Chelsea doain semoga Mbak Malvi segera dilamar Mas Sagan. Amin."

Malvi berusaha mempertahankan senyum di bibir meski hatinya berdenyut nyeri.

"Betewe, kayaknya sudah lama banget nggak lihat Mas Sagan. Dia sehat-sehat saja, kan, Mbak?" tanya si kurus Mylo.

Malvi mengangguk.

Kaus Kaki yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang