"Paling nggak kasih dia kepastian. Kalau memang butuh waktu, bilang. Jangan cuma ngehindar."
Sagan bergeming ketika Kayas bicara. Cuma mereka yang ada di The Kevik. Pegawai lain belum datang. Ini bukan pembicaraan yang direncanakan. Sagan yang selalu datang paling pagi sempat terkejut ketika Kayas muncul dengan wajah serius.
Tanpa aiueo, cowok gondrong itu langsung menembaknya dengan pertanyaan soal hubungannya dengan Malvi. Sagan kesal karena sahabatnya itu ikut campur. Tapi kemudian ia sadar, barangkali pilihannya untuk menghindar tidaklah bijak.
Nyaris seminggu Sagan dan Malvi tidak bicara. Dalam hal pekerjaan, mereka memakai orang lain untuk dijadikan media komunikasi. Chelsea bahkan sudah ngoceh karena merasa jadi Hedwig ——burung hantunya Harry Potter—— saat harus menyampaikan pesan. Ketika makan siang, Sagan dan Malvi selalu bersantap di jam berbeda. Para pegawai awalnya tidak menyadari. Tapi saat ada satu mulut ember yang berbicara, barulah mereka saling mengiakan bahwa dua sejoli itu sedang punya masalah.
"Lihat, tuh. Makan sendiri-sendiri lagi mereka."
"Bener. Tadi saja papasan tapi pura-pura nggak lihat."
"Fix putus kayaknya. Alasannya apa, ya?"
"Gara-gara Bos Sagan omdo, alias omong doang. Bilangnya mau ngelamar, tapi sampai sekarang nggak juga dilakuin. Kayaknya dia beneran belum bisa move on dari mantannya."
Yang merasa kesal atas bisikan-bisikan itu adalah Kayas. Ia merasa tidak terima mulut-mulut ember itu bicara ke mana-mana. Berbanding terbalik dengan pihak yang dijadikan bahan gosip, Sagan dan Malvi justru abai.
"Entah lo ngapain dia, atau mungkin kebalikannya, masalah kalian nggak akan selesai kalau cuma diam-diaman."
"Iya, gue tahu," jawab Sagan.
"Turunin ego lo dikit lagi, Gan. Kasihan Malvi. Kalau lo kesal sama dia, coba lo ingat-ingat lagi kebaikan dia sama ortunya selama ini."
Sagan mengembus napas. Ia yakin Kayas baru bisa berhenti bicara setelah ucapannya diiyakan. Memang hanya ia dan Malvi yang tahu masalah utama mereka. Bukan tentang ego, sungguh, bukan karena itu.
"Noh, anaknya datang." Kayas menyambung. "Hari ini mesti baikan, ya."
Kayas beringsut dari kursi. Sagan diam sambil menyaksikan Malvi yang baru sampai pintu depan. Gadis itu terlihat repot dengan beberapa barang di tangan. Setelah mengatur napas sedemikian rupa, Sagan berdiri dari kursi kemudian menghampirinya.
*
*
*Sepi. Masih belum ada percakapan di antara mereka. Satu-satunya yang menyemarakkan suasana hanya aroma roti lapis di atas meja.
"Mas minta maaf soal hari itu," Sagan memecah suara. Belum punya hasrat untuk makan kendati aroma roti lapis membelai hidungnya sejak tadi.
Malvi diam menyimak. Masih sabar menanti. Kejadian beberapa saat lalu benar-benar di luar prediksinya. Malvi sedang repot membawa bawaan yang diminta Kayas (bilangnya untuk take video promosi baru). Tahu-tahu Sagan muncul di depan pintu. Tanpa bicara ia langsung meraih tumpukan di tangan Malvi dan bertanya mau dibawa ke mana. Malvi menjawab sesuai perintah Kayas semalam, bahwa barang-barang tersebut untuk ditaruh di podium tempat manggung.
Sagan mensejajari langkah, tetap belum bicara. Setelah bawaannya ditaruh, Malvi memberanikan diri untuk mengajaknya sarapan, kebetulan ia membuat roti lapis. Rasa khawatir sempat menguasai hati, takut Sagan menolak seperti yang lalu-lalu. Tapi tidak disangka, justru ajakan itu disetujui.
"Mas nggak seharusnya bersikap kotor begitu, Na," sambung Sagan. "Maaf, ya."
"Bukan salah Mas sepenuhnya," jawab Malvi. "Aku juga bersalah, jadi aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaus Kaki yang Hilang
Genç Kız EdebiyatıBagi Malvi, menjalani hubungan dengan Sagan bukanlah sesuatu yang mudah. Lelaki itu bukan cuma sudah punya anak, Malvi pun merasa kekasihnya itu belum menyelesaikan masa lalunya. Setiap hari dirinya mengumpulkan alasan untuk mempertahankan hubungan...