3. Neraka Dunia

73 2 0
                                    

"Ma, lihat! Key dapat juara menggambar!" seru seorang gadis kecil menghampiri sang mama.

"Enyahlah dari hadapanku!"

"Ma, lihat dulu karya Key!"

Tatapan tajam Leni berikan pada gadis kecil di hadapannya, "Jangan halangi jalanku, sialan! Menyingkir!"

Bugh!
Krakkk.

"M ... Ma ... Key cuma mau .... "

"Jangan menjadi gadis kecil yang banyak mau, Keyla! Bersyukurlah kau kuberi makan dan kuberi tempat tinggal yang nyaman, jangan pernah sesekali kau meminta apa pun dariku! Minimal, tau dirilah kau sebagai seorang anak tak inginkan!"

Deg!

Keyla menatap sendu mamanya, mata gadis malang itu berkaca-kaca, Leni hanya menatap putrinya sekilas dan berlalu dari sana dengan angkuh.

Apa salah Key, Ma? Mengapa Mama selalu marah pada Key seakan Mama begitu membenci Key? Apakah Key adalah anak yang tak diinginkan seperti ucapan teman-teman Key di sekolah? –batin Keyla kecil mulai terisak.

Prank!
Keyla!

"Oh, Tuhan ... apa yang kau lakukan, Keyla? Tak bisakah sehari saja kau tidak membuat keributan? Tak bisakah sehari saja kau tidak merusak semua barang-barang mahalku, sialan?" murka Lena.

"Kemari, kau! Kau harus kuberikan hukuman, kemari!"

"Ampun, Mama ... Key gak sengaja. Jangan hukum Key, Mama ... jangan hukum Key! Key gak mau dihukum lagi, Mama ... Key gak mau ... ampun ... ampun ..., " mohon Keyla terisak pilu.

Plak!
Brak!
Bugh!
Ampun.

Ctar!
Ctar!
Srett!
Sakit.

Leni terus menyiksa Keyla kecil dengan memberikan tamparan, tendangan, cambukan, sayatan, dan kekerasan-kekerasan fisik lainnya kepada putrinya tanpa peduli raungan kesakitan serta permohonan ampun Keyla kecil yang tanpa sengaja memecahkan guci kesayangannya.

Darah, rasa sakit, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan Keyla kecil rasakan sejak usianya beranjak satu tahun. Tekanan mental telah hadir menyapa hidupnya tanpa peduli bagaimana efek yang akan Keyla rasakan di masa depan, semua itu berkat segala kekerasan yang dilakukan oleh Leni, mamanya.

***
Keyla menatap kosong pintu kamarnya dengan pikiran yang menerka hukuman tanpa alasan apa lagi yang akan Arthur berikan padanya sepulang kantor nanti. Beberapa bulan hidup di dalam tubuh Keysia membuat Keyla sadar dan mengerti bagaimana sikap juga perilaku buruk Arthur pada Keysia semasa Keysia hidup hingga perempuan itu lebih memilih pergi daripada bertahan, tetapi tersakiti.

Dan sialnya segala perilaku buruk itu membuat Keyla lengah dan bahkan tak berdaya karena teringat pada segala kekerasan yang dilakukan oleh mamanya di kehidupan silam sehingga menciptakan trauma besar pada jiwa Keyla. Kini, yang bisa Keyla lakukan hanyalah pasrah menunggu panggilan untuk bisa kembali ke pangkuan Tuhan–Nya.

Entah mengapa, segala perlakuan kasar Arthur tak dapat Keyla hindari, seakan ada kekuatan besar yang memaksanya untuk pasrah. Keyla berpikir, mungkinkah ini reaksi tubuh Keysia? Ataukah ini salah satu reaksi dari jiwaku yang selalu memilih diam ketika mama melukaiku dahulu karena trauma?

Brakk!

Tuhan, segeralah jemput Key untuk kembali ke pangkuan hangatmu, –batin Keyla seraya menghela napas panjang.

"Mas, ak .... "

Plak!

Keyla memejamkan matanya kuat-kuat guna meresapi rasa panas yang menjalar di pipi kirinya, dia yakin tamparan itu akan mengundang jejak kemerahan hadir di wajahnya nanti.

"Apalagi salahku kali ini, Mas?" tanya Keyla dengan tenang.

"Aku tidak pernah keluar rumah, aku tidak pernah jalan dengan pria lain, dan aku tidak pernah mengganggu privasimu lalu, kesalahan apa yang telah diperbuat kali ini sehingga membuatmu murka?"

Arthur mencengkeram kuat pergelangan tangan perempuan di hadapannya, "Bagiku, segala hal yang ada padamu adalah sebuah kesalahan bahkan, kau hidup pun sebuah kesalahan fatal!"

Deg!

"Apakah selama ini hanya kalimat itu yang kau ucapkan pada Keysia?" Arthur terdiam di tempatnya kala mendengar penuturan istrinya yang seakan menjabarkan bahwa dia bukanlah Keysia sang istri.

Apa maksud semua ini? –batin Arthur penuh tanda tanya.

"Jika benar hanya itulah kata yang selalu kau ucapkan, maka selamat! Berkat ucapanmu, Keysia menyerah dan lebih memilih mati. Apakah kau senang jika istrimu mati? Apakah kebahagiaan hadir dalam hidupmu setelah kepergiannya dari dunia ini? Apakah kau puas, Tuan Arthur?" bentak Keyla.

Keyla berusaha menetralkan emosinya dan menghalau turunnya cairan bening dari pelupuk matanya, "Mengingat Keysia tiada membuatku bahagia sekaligus sial, kau tau karena apa? Pertama, karena dia tak lagi merasa tersiksa akibat ucapan dan perlakuan burukmu dan kedua, aku merasa kesialan menimpaku setelah kematian Keysia, sangat sial!"

"Aku harus menggantikan dirinya hidup dalam lubang penderitaan ini, kau tau ... aku benci penderitaan! Kau ingin aku bekerja menjadi sosok wanita malam dan menghasilkan uang untuk bisa pergi dari hidupmu, bukan? Baiklah, aku  akan pergi dari hidupmu setelah aku berhasil menjadi wanita malam dan membayar lunas semua mahar darimu, Tuan Leonard Arthur Alexander!"

Deg!

Keyla pergi dari neraka dunia itu untuk melakukan apa yang Arthur katakan beberapa waktu lalu dengan hati yang hancur, kebekuan hatinya telah sirna akibat transmigrasi yang terjadi padanya. Hati yang dulunya rapuh dan mudah pecah kini kembali, menggantikan kebekuan hatinya yang tak mudah tersentuh dan hancur.





See you next chapter!

Maaf kalau membingungkan dan gak sesuai ekspektasi kalian, semoga kalian tidak bosan membaca ceritanya :)

Takdir Kita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang