Keyla yang semula menatap khawatir putranya langsung mengarahkan tatapannya pada objek yang sejak tadi ditatap oleh sang jagoan, mata Keyla kembali menyendu dan mulai berembun. "M ... Mas Arthur? A ... Andra ... bi ... bilang sama Mommy kalau semua yang kita lihat hanya ilusi, Daddy kamu udah gak ada, tim SAR sendiri yang mengatakan bahwa Daddy kamu gak ketolong, Sayang ... bilang sama Mommy kalau semua ini bohong dan semuanya hanya ilusi!" desak Keyla menggoyangkan lengan kekar putranya.
"I ... ini beneran, Mom, Daddy ada di hadapan kita, ini bukan ilusi, dan ... Daddy gak berubah sama sekali sejak terakhir kali kita bertemu," gumam Andra membuat tubuh Keyla nyaris tumbang jika Andra tak segera menahannya.
"Mom, are you okey?"
"Mommy gak nyangka kalau ... kalau Daddy kamu masih hidup, Sayang, i ... ini bagai mimpi."
"Kita datangi Daddy untuk memastikan, ya, Mom? Mommy masih kuat, bukan?"
"Iya, ayo kita datangi dan mintai dia penjelasan mengenai hal yang harus diketahui oleh kita semua, kenapa dia gak pulang selama tiga belas tahun ini? Dan kenapa dia datangi atau bahkan hubungi kita untuk mengatakan bahwa dia masih hidup, ayo, Andra!"
Keduanya berjalan tergesa menghampiri sosok yang mereka yakini Arthur, harap-harap cemas akan sesuatu yang mungkin akan membuat mereka marah, kesal, kecewa pun hadir tanpa diminta. Sosok yang selama ini dikabarkan telah menghadap sang pencipta kini hadir dan berdiri tepat di sekitar mereka berdua, apakah ini pertanda dari Tuhan bahwa segalanya akan berjalan sesuai harapan? Apakah ini pertanda dari Tuhan bahwa Keyla dan Arthur memang ditakdirkan untuk hidup bahagia bersama dengan putra tunggal mereka hingga akhir hayat?
"M ... Mas Arthur?"
Arthur yang merasa dipanggil pun mengalihkan tatapannya pada wanita rupawan yang kini menatap dan menumpahkan tangis dalam pelukan hangatnya hingga pakaian yang Arthur kenakan basah akibat cairan kristal yang mengalir deras tanpa bisa dikendalikan.
"Ke mana saja kau selama tiga belas tahun ini, Mas? Kenapa kau tidak menemui kami, huh? Kenapa kau begitu tega meninggalkan kami hidup tanpa kehadiranmu di sisi kami? Kenapa kau begitu bodoh menuruti ucapan yang keluar dari bibir mungil putra kita untuk meninggalkan kami? Kenapa? Kenapa kau tega, Mas? Kenapa kau suka sekali menghancurkan hidupku? Kenapa, Mas?" Keyla semakin erat memeluk tubuh Arthur yang meski telah memasuki kepala empat, tetapi tetap kekar dan perkasa.
Arthur melepaskan pelukan mereka dan terkekeh kecil, "Mengapa singa kesayanganku semakin berusia semakin cengeng saja, heum? Ke mana perginya singaku yang ganas dan kuat, heum? Mengapa singaku jadi emosional begini?"
"Aku berubah karenamu, karena dirimu yang telah tega meninggalkan kami begitu saja dan dengan bodohnya kau ... kau pergi ke luar negeri dengan alasan pekerjaan, tetapi ... kau malah berakhir kecelakaan dan dikabarkan tiada," lirih Keyla di akhir kalimatnya.
"Maaf ... maafkan aku yang telah meninggalkan kalian semua, bagaimana keadaan Andra? Bagaimana keadaan mama, papa, Jeff, ayah, dan bunda? Mereka semua baik-baik saja, 'kan? Putra kita tumbuh dengan baik, 'kan?"
"Hanya mereka yang kau tanyakan? Kau tidak peduli padaku?" sarkas Keyla mulai mengeluarkan air matanya kembali.
"Hey, bukan begitu, Sayang! Melihatmu berdiri di hadapanku aku tau bahwa kau baik-baik saja, ya ... meskipun hati dan jiwamu tidak," balas Arthur merangkul mesra tubuh pujaan hatinya yang masih mungil dengan usianya yang tak lagi muda.
"Mas ingin tau keadaan putra kita?"
Arthur tersenyum, "Tentu, bagaimana keadaan jagoan kecil kita yang dulunya seringkali mengatakan benci padaku?"
"Lihatlah siapa yang berada di belakangmu dan sedang memalingkan wajah itu, Mas?"
Arthur memutar tubuhnya sebanyak 180⁰ dan tampaklah seorang remaja bertubuh kekar yang kini menatap indahnya lautan di Raja Ampat yang mulai menampakkan pertanda bahwa sang mentari hendak pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
"Benarkah ini jagoan kecil yang sering mengatakan benci padaku itu, heum?" tanya Arthur setelah berada di dekat Andra.
Andra masih bergeming di tempatnya tanpa mau mengalihkan tatapan dari proses kepergian sang mentari, Keyla tertawa geli melihat ekspresi putranya yang sok jual mahal. Padahal, putranya itu sangatlah merindukan Daddy–nya dan diam-diam selalu berdoa agar sang Daddy kembali pada mereka. Namun, ego tinggi yang dimiliki remaja itu melekat sehingga dia gengsi untuk berbalik dan memeluk erat pria berstatus daddy–nya.
"Andra, tidakkah kau merindukan Daddy–mu ini, huh? Tidakkah kau ingin memeluk erat Daddy?"
Andra tetap bergeming tanpa bergerak sedikitpun, Arthur mulai menyeru seraya melemparkan tatapan menggoda pada putranya. "Key, sepertinya putra kita masih membenciku, lihatlah! Dia tidak mau menyapa ataupun memelukku saat ini, sepertinya aku akan pergi agar kebencian dalam diri putra kita tidak semakin membara."
"Baiklah, Daddy akan pergi."
Grep.
"No, don't leave me again, Dad! I can't live without you, Daddy! Don't leave me again, no!" cegah Andra terisak dalam delapan hangat yang selama ini dirinya inginkan.
(Tidak, jangan tinggalkan aku lagi, Daddy! Aku tidak bisa hidup tanpamu, Daddy! Jangan tinggalkan aku lagi, jangan!)
"Daddy tidak akan meninggalkan kalian lagi, I will stay here with you, forever!"
Tak ingin ketinggalan momen, Keyla mengabadikan perilaku dua pria tersayangnya dengan sunset sebagai latar dalam kamera yang dibawanya dan wanita itu mulai bergabung dalam pelukan hangat sehingga mereka tampak seperti keluarga harmonis yang selalu bahagia.
Anggap aja lagi di Raja Ampat yaa dan kedua pria berbeda generasi, tetapi sama-sama gaul itu lagi menatap keindahan alam bersama dengan Keyla yang senantiasa mengabadikan kebersamaan ayah-anak itu disertai tatapan penuh haru.
SEE YOU NEXT CHAPTER!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Kita (END)
Romance"Kamu yang nikah, kenapa harus aku yang susah?" "Maaf ... Mau menolak pun kita gak bisa melawan takdir, Key." "Kenapa harus aku yang kamu pilih? Kenapa?" "Maaf .... " "Mengapa berakhir seperti ini, Tuhan?" *** Keyla Anastasia, sosok gadis yang tak p...